Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa sudah memastikan maju di Pilkada Jatim 2018. Konsekuensinya, Khofifah harus mundur dari kursi Menteri Sosial di Kabinet Kerja. Wasekjen PDIP Andreas Hugo Pareira pun menyatakan setuju dengan mundurnya Khofifah.
"Saya kira pilihan Bu Khofifah itu sudah betul. Beliau mundur dari jabatan sehingga dengan demikian tidak mengganggu konsentrasi Beliau sebagai cagub dan Mensos," ujar Andreas di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/11/2017).
Advertisement
Karena, kata dia, apabila Khofifah tidak mundur dari posisi Menteri Sosial, bisa terjadi penyalahgunaan wewenang dan lain-lain yang bisa merugikan negara. Andreas sendiri menilai, selama ini Khofifah sudah menjalankan tugasnya dengan baik.
"Saya kira selama ini Bu Khofifah sudah jalankan tugas dengan baik," ucapnya.
Terkait dengan sosok pengganti Khofifah, Andreas menyerahkan semuanya kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Kalau soal penggantian menteri itu merupakan wilayah prerogatif Presiden, tapi kita berharap Mensos itu adalah orang yang punya human dan sosial yang kuat dan juga perlu mempunyai mobilitas yang tinggi," papar dia.
Ketika ditanyakan apakah PDIP akan mengajukan nama kadernya menjadi pengganti Khofifah di kursi Menteri Sosial, dia menegaskan hal tersebut termasuk wewenang Presiden.
"Kalau itu wilayah Presiden. PDIP punya kader yang cukup dan siap menjalankan tugas apabila ditugaskan Presiden," jelas Andreas.
Sudah Lapor Presiden
Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengaku telah menyampaikan kepada Presiden Jokowi terkait keinginannya untuk maju sebagai gubernur Jawa Timur berpasangan dengan Emil Dardak.
Namun, kata Khofifah, penyampaian kepada Presiden Jokowi baru secara lisan saat ia menghadiri Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) NU di Mataram.
"Kemarin, saya sudah melapor ke Pak Presiden secara lisan. Insyaallah dalam waktu dekat saya akan bersurat ke Presiden bahwa saya akan ikut proses Pilgub Jatim," kata Khofifah di Mataram, Jumat (24/11/2017).
Sementara, kata Khofifah, dia memilih Bupati Trenggalek Emir Dardak melalui proses yang panjang. Ia mengaku, penentuan nama Emil Dardak ditetapkan setelah melakukan komunikasi politik dengan beberapa partai pengusung.
"Hasil komunikasi kami mendapat rekomendasi dan pembahasan secara berjenjang dari para kiai, para bu Nyai, dan tokoh Jawa Timur. Dari itu mengerucutlah dua nama. Dua nama itu akhirnya mengerucutlah satu nama. Jadi, prosesnya panjang," kata Khofifah.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement