Liputan6.com, Rokan Hulu - Pemandangan layaknya Negeri di Atas Awan bukan hanya milik Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di empat kabupaten Jawa Timur. Kabupaten Rokan Hulu, Riau, pun memiliki lokasi indah seperti itu, yakni Bukit Suligi di Desa Aliantan, Kecamatan Kabun.
Tentunya, para pelancong, terutama yang menyukai jalanan terjal berbukit dapat mendatangi lokasi baru nan menantang tersebut. Perjalanan selama berjam-jam diiringi pekikan siamang di tengah hutan, tentu tak sia-sia ketika sampai di puncak Bukit Suligi.
Dengan ketinggian 812 meter di atas permukaan laut (mdpl), pengunjung akan disuguhkan pemandangan indah gumpalan awan berbentuk samudra. Pengunjung pun seakan berada di Negeri di Atas Awan.
Baca Juga
Advertisement
Tentunya, spot ini lebih menarik ketika sampai saat matahari menjelang dengan gumpalan awan-awannya yang menutup permukaan hutan.
Spot yang menyajikan pemandangan layaknya Negeri di Atas Awan ataupun Samudra Awan tersebut dalam beberapa bulan terakhir mencuri perhatian, termasuk dari Dinas Pariwisata Provinsi Riau yang ingin menjadikannya sebagai destinasi wisata baru dan merancangnya bagi wisatawan minat khusus.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Puncak Samudra Awan
Kepala Dinas Pariwisata Riau, Fahmizal Usman, memang serius mengembangkan potensi di Hutan Lindung Bukit Suligi ini. Dia bersama komunitas pencinta alam serta beberapa jurnalis sudah naik ke puncak ini pada pertengahan November lalu.
"Tidak akan rugi ke sana, pemandangan alamnya sangat bagus. Ada puncak yang disebut Samudra Awan oleh masyarakat sekitar," ucap Fahmizal, Senin siang, 27 November 2017.
Dia menerangkan, Bukit Suligi merupakan kawasan hutan lindung. Dari Kota Pekanbaru, pelancong harus menempuh perjalanan darat tak kurang dari lima jam. Masuk ke Desa Aliantan, perlu bimbingan dari warga yang sudah hafal medan supaya pengunjung tak tersesat.
Dengan ketinggian 812 mdpl, perjalanan selama beberapa jam menuju Bukit Suligi atau disebut pula Puncak Aliantan akan ditemani lebatnya hutan dengan panorama alamnya. Suara binatang di dalamnya saling bersahutan, khususnya siamang, ketika melihat manusia masuk ke kawasannya.
Selama perjalanan ke puncak, pengunjung juga bisa menikmati spot air terjun dalam gua. Ada pula di sana lapisan bukit terjal, di mana salah dinding bukit ada bongkahan batu yang disebut masyarakat sebagai Patung Garuda.
"Jika dilihat secara seksama, di dinding batu ada bongkahan batu mirip burung garuda. Masyarakat di sini menyebutnya dengan Bukit Garuda," Fahmizal menerangkan.
Setelah dimanjakan air terjun dalam gua, perjalanan terjal mulai menghampiri rombongan. Penat dan bercucuran keringat seakan tidak artinya ketika sampai di Puncak Aliantan, di mana tenda dibangun untuk menyambut pagi.
Advertisement
Menikmati Matahari Terbit
Mentari menjelang di ufuk timur pun disambut gembira pengunjung. Perjalanan dua jam ke bukit dimanjakan kaitan awan bak membentuk lautan. Fenomena ini dimanfaatkan untuk berswafoto serta menancapkan bendera Merah Putih di atasnya.
"Bagi yang ingin ke sini, disarankan dimulai pada sore hari, menginap, dan lalu menikmati hamparan awan keesokan harinya. Karena fenomena samudra awan hanya terjadi pada pagi hari," tutur Fahmizal.
Menurut dia, Bukit Suligi dan Puncak Aliantan sangat cocok dieksplorasi para pelancong. Kehadirannya diharap menjadi manfaat tersendiri bagi masyarakat sekitar karena keindahan alamnya sangat bagus untuk fotografi.
Meski kaya potensi wisata, Bukit Suligi sangat rentan rusak oleh orang tidak bertanggung jawab. Pembalakan liar serta alih fungsi hutan menjadi perkebunan adalah ancaman bagi Puncak Aliantan.
"Kami terus mendorong dan kampanyekan pelestarian lingkungan agar lingkungan terjaga dan dapat dinikmati oleh masyarakat dan wisatawan," ujar Fahmizal.