Ini Bahayanya Bila Terjebak Lahar Dingin Gunung Agung

Material lahar dingin Gunung Agung yang mengalir saat ini sudah cukup kental. Karena itu, sangat berbahaya.

oleh Dewi Divianta diperbarui 28 Nov 2017, 06:05 WIB
Lahar Dingin Gunung Agung Menyapu Sawah di Dekat Sungai Yeh Sah (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Karangasem - Lahar dingin yang merupakan campuran abu vulkanik Gunung Agung bercampur air mengaliri sejumlah sungai di sekitaran Kabupaten Karangasem, Bali. Salah satunya adalah Sungai Yeh Sah di Kecamatan Muncan, Karangasem.

Lahar dingin ini menjadi tontonan warga. Mereka berduyun-duyun ingin melihat langsung gelombang lahar dingin yang menyapu sawah milik petani di sekitar aliran sungai yang dilintasi.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) I Gede Suantika meminta warga menjauhi lahar dingin Gunung Agung, bukan justru menontonnya. Jika terjebak dalam kubangan lumpur lahar dingin maka tak akan bisa bergerak.

‎"Anda tidak bisa bergerak di lumpur itu. Terjebak dalam lumpur angkat kaki saja tidak bisa," tutur Gede Suantika di pos Pemantauan Gunung Api Agung, Rendang, Senin 27 November 2017.

Dia menuturkan, jika sudah terjebak, maka bisa saja tergulung oleh material kental lahar dingin yang datang berikutnya. ‎

"Kalau sudah terjebak bisa digulung oleh material yang kental tadi. Kalau ketemu, mayatnya agak jauh, itu tinggal tulang belulang saja, karena apa, secara fisis dia digerus oleh pasir itu," tutur dia.

‎Suantika melanjutkan, material lahar dingin yang mengalir saat ini sudah cukup kental. Karena itu, sangat berbahaya.

"Setiap pasir yang terkandung itu mengandung PH, pasti tinggi keasamannya kan. Pasti turun, karena dia masih asam. Jadi PH mungkin turun dari 7 jadi 6. Kalau 5 itu sudah asam. Jadi antara 6 dan 7," ujar dia.‎

Dia juga mengatakan, air minum yang mengandung terlalu banyak asam juga berbahaya bagi kesehatan.

"Awal-awalnya dia memang akan merusak tumbuhan. Tapi kelamaan dia akan terurai atau terserap unsur lain," ucap Gede Suantika.

Gunung Agung kini berstatus Awas. Level tertinggi tersebut ditetapkan mulai Senin 27 November 2017, pukul 06.00 Wita. Gunung tersebut pun terus meletus dan mengeluarkan ab vulkanik.

 

 

Saksikan vide pilihan di bawah ini:

 


Warga Diimbau Rajin Bersihkan Atap Rumah

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat yang tinggal di radius 10 kilomoter dari titik bencana memperhatikan sejumlah hal.

"Kami mengimbau masyarakat bisa mengurangi aktivitas di luar rumah dan menggunakan masker. Kedua harus rajin mengurangi pasir yang ada di atap (genting)," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin 27 November 2017.

Menurut Sutopo, imbauan tersebut dipelajari dari bencana Gunung Merapi. Saat itu, banyak rumah roboh karena beban menahan pasir di atas genting.

Sutopo juga mengatakan, kebutuhan masyarakat di lokasi masih tercukupi. Mulai dari kebutuhan dasar, makan dan minum, air bersih, hingga pendidikan.

"Kami juga ada bantuan psikososial, juga kebijakan khusus untuk anak-anak sekolah yang bisa dititipkan kepada sekolah terdekat dan sekolah darurat dan ditangani Kementerian Pendidikan," jelas dia.

Saat ini, ada 22 desa dengan terpapar dampak meletusnya Gunung Agung, seperti Desa Ababi, Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, Ban, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringsari, Muncan, Dudat Utara, Amertha Bhuana, dan Sebudi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya