PVMBG: Terdapat Dua Lubang Asap Usai Erupsi Gunung Agung

Keberadaan dua lubang itu menyebabkan kepulan asap dari Gunung Agung menjadi sangat tebal.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2017, 08:32 WIB
Petugas menunjukan gambar peta pulau Bali terkait tingkat erupsi Gunung Agung di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (27/11). Tingkat erupsi Gunung Agung saat ini meningkat dari fase freatik ke magmatik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan terdapat dua lubang asap vulkanis di Gunung Agung akibat terjadinya erupsi. Keberadaan dua lubang itu menyebabkan kepulan asap sangat tebal.

"Lubang Gunung Agung yang pertama menghasilkan asap putih dan lubang kedua mengeluarkan abu kehitaman," ujar Kepala Bidang Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Selasa (28/11/2017).

Suantika mengatakan, penyebab timbulnya dua lubang kawah baru ini karena adanya dorongan magma dari perut Gunung Agung yang keluar dan tidak mampu ditembus, sehingga menimbulkan retakan dan lubang.

Dia memperkirakan kemungkinan kawahnya belum penuh magma, sehingga belum ada yang keluar dari kawah gunung. Kondisi tersebut menyebabkan pengumpulan lava akan terus terjadi ke depannya.

"Gunung Agung masih stabil dengan intensitas cukup tinggi dengan kepulan ketinggian 3.000 meter di atas puncak dengan arah kepulannya ke barat," ujar Suantika, seperti dilansir dari Antara. 

 


Volume Lava

Suantika mengatakan, untuk mengetahui kriteria volume lava di dalam kawah yang penuh, dapat dihitung secara manual, yaitu dengan menghitung diameter kawah Agung yang lebarnya 900 meter dengan ketinggian 200 meter dari puncak. 

"Kami belum bisa memastikan berapa kedalaman lava di dalam kawah saat ini, karena untuk memantau ini perlu menggunakan pesawat tanpa awak (drone) untuk mengambil foto kawah."   

Menurut hasil data, suhu kawah di atas puncak sudah mencapai 300 derajat Celcius atau sudah sangat panas sekali.

"Saat ini memang sudah tercium bau belerang, namun untuk dihirup manusia belum masuk berbahaya," Suantika menandaskan. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya