Pejabat Kaltara Bertengkar Saat Upacara, Rebutan Jadi Inspektur?

Sempat terjadi kontak fisik antara Kadisdikbud dan Wagub Kaltara di lapangan upacara, tapi berhasil diamankan oleh anggota Satpol PP.

oleh Rahman diperbarui 28 Nov 2017, 12:30 WIB
Ribuan guru dari sejumlah daerah menghadiri peringatan HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-70 di SUGBK, Jakarta, Minggu (13/12/2015). Para guru kecewa karena Presiden jokowi tidak hadir di acara tersebut. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Samarinda - Situasi tegang terasa saat peringatan HUT ke-46 Korpri dan HUT PGRI ke-72 di Tanjung Selor, Kalimantan Utara, Senin, 27 November 2017. Dalam upacara yang diikuti sekitar 1.500 peserta dari kalangan aparatur sipil negara (ASN) itu, sang Wakil Gubernur Udin Hianggio mengamuk, diduga lantaran tak diberi kesempatan menjadi inspektur.

Upacara dimulai pukul 08.00 Wita di Lapangan Agathis, Jalan Kolonel Soetadji, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan. Sekitar 15 menit berselang, tepatnya saat Sekprov Kaltara, H Badrun dipanggil naik memasuki tribune, Wagub Udin Hianggio langsung mendatanginya dan meminta menjadi inspektur upacara, menggantikan gubernur.

"Setelah mendengar perkataan Wagub, Sekprov memutuskan meninggalkan tribune, dan menuju kantor gubernur. Setelah itu, Kadisdikbud mengambil mic, dan mengumumkan penundaan upacara sampai batas waktu yang tak ditentukan," tulis laporan Kaban Kesbangpol terkait kejadian tersebut.

Mendengar Kadisdikbud mengumumkan penundaan upacara HUT PGRI ke-72, Udin tak terima dan langsung bereaksi. Sempat terjadi kontak fisik antara keduanya, tapi berhasil diamankan oleh anggota Satpol PP.

Kadisdikbud dibawa ke kantor gubernur untuk ditenangkan, sementara Wagub masih memegang mikrofon, dan menyampaikan beberapa hal kepada ASN yang hadir. Dia pun menyampaikan beberapa hal, yang disambut antusias oleh peserta upacara.

"Kepada peserta, saya mohon maaf. Inilah gambaran karakter kepemimpinan (di Kaltara) sekarang. Saya ini wakil gubernur, ditunjuk, dipilih bersama, bukan kemauan saya. Di sini ada wakil gubernur, kok main membatalkan (upacara)," ujarnya sembari berjalan menuju podium inspektur upacara.

 


Merasa Tak Dianggap

Udin menyebut, sikap perangkat pemerintahan yang disebut tak menganggap eksistensi dirinya sebagai wakil gubernur. Dia juga menyeru bahwa kekuasaan semata-mata milik Tuhan, dan kebenaran akan terungkap.

"Karakter kurang ajar seperti ini sangat tak mendidik bagi kalangan pegawai kita," tutur mantan Wali Kota Tarakan itu.

Tak ketinggalan, Udin menyinggung pelaporan Pemprov Kaltara atas dirinya, yang tembus hingga Presiden Joko Widodo. "Bikin teguran buat wakil gubernur, sampai tembus ke Presiden. Apa itu?" katanya.

Pejabat yang tahun ini berusia 71 tahun itu pun melontarkan perbandingan saat dirinya menjadi Ketua DPRD serta Wali Kota Tarakan.

"Saya jadi ketua DPRD, punya enam wakil. Jadi wali kota juga punya wakil. Tidak pernah saya anggap wakil saya sebagai bawahan atau anak buah. Semua saya jadikan mitra," ujarnya.

Meski belum terkonfirmasi, di media sosial beredar pernyataan yang diduga berasal dari Pemprov Kaltara, terkait kejadian tersebut. Termasuk alasan memilih Sekprov yang juga Ketua Korps Korpri Kaltara sebagai inspektur upacara HUT PGRI ke-72, bukan wakil gubernur.

Dalam pernyataan itu juga disebutkan, baik Sekprov maupun Kadisdikbud Kaltara sudah melaporkan tindakan Udin Hianggio ke Polres Bulungan. Wagub dilaporkan atas dugaan penghinaan, fitnah, pemukulan, dan perbuatan yang tidak menyenangkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya