Serunya Tradisi Sekaten dan Kuliner Tengkleng Khas Solo

Tradisi Sekaten menjadi ritual tahunan yang terus diselenggarakan di Kota Solo, Jawa Tengah.

oleh Nefri Inge diperbarui 28 Nov 2017, 15:30 WIB
Penjual telur asin dan daun sirih memadati pelataran Masjid Agung saat prosesi Sekaten berlangsung (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Semarang - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan warga Kota Solo, Jawa Tengah, dengan cara tersendiri, salah satunya dengan tradisi Sekaten. Sekaten diiringi dengan suara gamelan di Masjid Agung, Solo, Jawa Tengah (Jateng).

Prosesi Miyos Gongso berebut janur dan memakan sirih pun menjadi daya tarik bagi para pelancong Kota Solo. Banyak para turis yang berbondong-bondong mengabadikan momen tahunan ini, baik melalui jepretan foto ataupun video.

Di kawasan Masjid Agung Solo juga terdapat banyak pedagang telur asin dan daun sirih. Para warga sekitar pun tampak ramai menghadiri rangkaian acara Sekaten yang akan berlangsung selama beberapa pekan ini.

Ada juga berbagai jajanan khas Kota Solo yang disuguhkan para pedagang untuk memanjakan pengunjung.

Ibu Titi, salah satu penjual telur asin di pasar tradisional, mengatakan setiap ada acara Sekaten, ia selalu hadir dan meramaikan ritual ini setiap tahunnya.

"Kalau lagi kegiatan ini, saya di sini terus. Telur asin ini juga merupakan simbol keberkahan," ucap dia kepada Liputan6.com, Selasa (28/11/2017).

Lantunan pukulan gamelan yang menjadi ciri khas Keraton Surakarta juga terdengar sangat syahdu.

Sebelumnya, para abdi dalem menggunakan beskap khusus, membawa seperangkat gamelan peninggalan Sultan Agung dan PB IV dari keraton ke Masjid Agung Solo.

Panji, pelancong asal Cirebon, mengungkapkan bahwa tradisi Sekaten di Solo hampir sama dengan ritual di daerahnya.

"Hanya saja ada beberapa ritual yang sedikit berbeda. Tapi ini tetap mencirikan tradisi orang Jawa di Indonesia," ia membeberkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 


Tengkleng Klewer Legendaris

Tengkleng menjadi salah satu ciri khas kuliner di Solo yang menjadi pilihan menu setelah mengikuti prosesi Sekaten (Liputan6.com / Nefri Inge)

Setelah menyaksikan tradisi Sekaten, para pelancong bisa memilih menu makan siang, yaitu tengkleng. Menu ini menjadi ciri khas Kota Solo, dengan potongan daging kambing yang segar dan nikmat.

Warung Bu Edi yang berada di seputaran Pasar Klewer, Solo, selalu ramai dipadati pengunjung. Meskipun baru buka pukul 12.30 WIB, tengkleng klewernya bisa langsung habis dalam hitungan jam.

Satu porsi tengkleng klewer dihargai sekitar Rp 30.000. Menu ini disajikan dengan daun pisang yang dibentuk kerucut. Dalam satu porsi, terdiri dari potongan tulang kambing, daging kambing dan jeroan kambing.

Tengkleng disajikan dengan kuahnya yang khas, dicampur juga dengan beberapa beberapa cabai rawit sebagai penambah rasa pedas.

Warung ini juga menyediakan nasi putih yang langsung dicampur ke menu tengkleng. Untuk satu porsinya saja, sudah cukup mengenyangkan bagi para pengunjung.

Sulistri, pemilik warung tengkleng klewer mengatakan, usahanya ini sudah dirintis oleh orang tuanya, Ibu Edi, sejak tahun 1980-an. Diawali dengan berkeliling Pasar Klewer, Ibu Edi memanggul bakul berisi tengkleng buatannya.

Usaha ini sendiri sudah dilanjutkan ke generasi keempat. Namun, masih saja banyak pencinta tengkleng klewer Ibu Edi yang legendaris ini, mulai dari remaja hingga orang dewasa.

"Pengunjung yang belum makan siang, biasanya bisa menghabiskan dua porsi tengkleng pakai nasi. Makanya cepat habis tidak sampai sore hari," kata Sulistri.

Namun bagi penderita kolesterol berat, diharapkan berhati-hati jika mengonsumsi makanan ini. Kadar lemak jenuh yang tinggi bisa memicu tekanan darah dan mengakibatkan kadar kolesterolnya meningkat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya