Batuan Panas Sebesar Kepalan Tangan Dimuntahkan Gunung Agung

Sampai saat ini belum ada yang mengambil sampel batunya karena tidak ada petugas yang berani ke lokasi.

oleh Dewi Divianta diperbarui 28 Nov 2017, 17:28 WIB
Kondisi Gunung Agung yang mengeluarkan asap tebal di Karangasem, Bali (28/11). Pihak berwenang memberi peringatan kepada warga untuk mengungsi akibat stasus Gunung Agung yang dari siaga ke awas. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta Gunung Agung mulai memuntahkan batuan panas. Batuan panas dengan suhu 500 derajat Celsius itu jatuh di Desa Dukuh, Karangasem, Bali. Bahkan, jarak lontarannya bukan main, mencapai empat kilometer.

"Itu jaraknya empat kilometer dari puncak kawah. Sudah dilontarkan batuannya," jelas I Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Selasa (28/11/2017).

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) itu melanjutkan, lontaran batu material Gunung Agung terpantau terjadi pukul 15.00 Wita. Hanya saja, untuk volume yang dimuntahkan ia belum menghitungnya, termasuk kecepatan batu yang dilontarkan.

"Kecepatan dan volumenya berapa persen yang dilontarkan daripada yang dikandung belum kita hitung," ujar Gede Suantika.

Ia menduga, lontaran batu panas itu imbas dari tremor over scale yang terjadi setengah jam dari pukul 13.30 Wita hingga pukul 14.00 Wita.

"Kita menganggapnya itu fenomena dari tremor over scale yang terjadi tadi siang," tutur Gede Suantika.

Dari yang terpantau, batuan panas yang dilontarkan Gunung Agung lebih besar dari kepalan tangan manusia. "Sampai saat ini belum kita ambil sampel batunya karena tidak ada yang berani ke sana," tutur dia.

 


Sedang Fase Kritis

Gunung Agung memang terus memperlihatkan aktivitas. Sejak menyemburkan abu vulkanik pada Selasa 21 November lalu, gunung tertinggi di Bali itu terus mengalami fase kritis. Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Gede Santika mengatakan, ada dua kemungkinan Gunung Agung meletus setelah munculnya gempa overscale.

"Volume material yang keluar cukup besar. Ada dua kemungkinan cara volume itu keluar, " ujar dia di Pos Pemantauan Gunung Api Agung, Rendang, Selasa (28/11/2017).

Menurut Gede, catatan overscale baru pertama kali terjadi sepanjang penelitian Gunung Agung. Kecepatan getaran gempanya hingga tidak bisa terdeteksi oleh alat milik PVMBG.

"Amplitudo yang kita catat pada alat kita tidak lagi bisa mencatat saking besarnya. Overscale batas amplitudo 23 mm. Itu sekarang sudah tidak tercatat," ucapnya.

Sementara itu, tremor overscale terdeteksi dari pukul 13.00 hingga 14.00 Wita. Menurut pantauan alat yang diterima PVMBG volume magma sangat besar.

"Ada dua cara keluarnya. Secara efusif masih besar-besaran. Dia akan tetap memenuhi kawah, meleleh dan akan jatuh sebagai aliran lava diikuti oleh awan panas guguran," tuturnya.

Cara kedua yakni secara eksplosif. "Cara magma keluar yang kedua secara eksplosif. Kalau begitu kemungkinan awan panas sudah terbentuk. Ke depan begitu situasinya. Sekarang ini akan efusif atau eksplosif itu yang kita tidak tahu," ujarnya.

Gede memprediksi letusan besar Gunung Agung terjadi tidak sampai hitungan hari. "Hitungan jam," katanya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya