Liputan6.com, Milan - AC Milan mulai panik. Gelontoran uang tak kurang dari 200 juta euro (sekitar Rp 3,2 triliun) ternyata belum cukup mengangkat prestasi klub kebanggaan masyarakat ibu kota Italia ini.
Dari 14 laga di Serie A 2017/18, AC Milan baru mencetak enam kemenangan dan tertahan di posisi ketujuh klasemen. Alhasil, pelatih Vincenzo Montella pun jadi korban.
Baca Juga
Advertisement
Per Senin (27/11/2017), mantan penyerang andal Sampdoria dan AS Roma itu tak lagi menjabat sebagai allenatore AC Milan. Sebagai gantinya manajemen I Rossoneri menunjuk Gennaro Gattuso, yang sebelumnya menangani tim Primavera AC Milan.
Maksud manajemen jelas. Dengan pergantian pelatih, diharapkan kinerja Gianluigi Donnarumma dan kawan-kawan membaik. Beban pun kini berada di pundak Rino, panggilan Gattuso. Dia diharapkan bisa membawa kembali AC Milan ke trek sesungguhnya.
Gattuso sendiri tentu bukan nama asing bagi Milanisti. Pria berusia 39 tahun ini menghabiskan 13 tahun (1999-2012) dari karier sepak bolanya sebagai gelandang bertenaga kuda, bersama AC Milan.
Dua gelar Serie A 2003/04 dan 2010/11, serta dua gelar Liga Champions 2002/03 dan 2006/07 ada persembahan terbaik Gattuso untuk AC Milan. Dia juga pernah mengantarkan I Rossoneri jadi kampiun Piala Italia, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Klub.
Di luar itu, Gattuso juga sempat jadi andalan timnas Italia. Bahkan, Gattuso jadi bagian Gli Azzurri saat memenangi Piala Dunia 2006. Total, 71 kali Gattuso membela Italia.
Rekam Jejak Buruk
Masalahnya, rekam jejak Gattuso sebagai pelatih ternyata sama sekali tak meyakinkan. Sebelum menangani tim Primavera AC Milan, pria kelahiran Corigliano Calabro, Italia, 9 Januari 1979 ini tak bisa berbuat apa-apa saat dipercaya menangani tim Serie B, Pisa.
Alih-alih membawanya promosi ke Serie A, Pisa justru malah terdegradasi ke Serie C. Di klasemen akhir Serie B 2016/17, Pisa terpuruk di dasar klasemen. Mereka hanya mampu mencetak enam kemenangan dari 42 laga!
Sebelum melatih Pisa, Gattuso sebenarnya sempat menangani tiga klub: FC Sion (Swiss), OFI Crete (Yunani), dan klub Serie B, US Palermo. Namun, prestasinya juga jauh dari harapan.
Di Sion, tahun 2013, yang merupakan debutnya sebagai pelatih, Gattuso hanya mampu bertahan selama tiga bulan. Dia dipecat usai tim asuhannya menderita kekalahan 0-5 dari FC St. Gallen.
Di Palermo, Gattuso bahkan hanya bertahan enam pertandingan. Setelah hanya mampu mengantarkan dua kemenangan, tiga kali kalah, dan sekali imbang, Gattuso langsung dilengserkan presiden klub, Maurizio Zamparini.
Sementara di OFI Crete, musim 2014/15, justru Gattuso yang memillih mundur, dengan alasan masalah keuangan. Namun begitu, performa OFI Crete selama enam bulan di bawah asuhan Gattuso toh tak bisa dibilang bagus. Dari 18 pertandingan, mereka hanya mencetak lima kemenangan. Sisanya, tiga kali imbang dan sembilan kali kalah.
Fakta-fakta inilah yang membuat banyak orang menyebut, penunjukan Gattuso tak ubahnya perjudian bagi AC Milan.
Advertisement
Bisa Dimaklumi
Namun begitu, di sisi lain, keputusan AC Milan menunjuk Gattuso rasanya bisa dimaklumi. Sebab, mencari pelatih baru di tengah musim berjalan tentu saja tidak mudah.
Banyak pelatih enggan disodori kontrak saat musim berjalan. Pasalnya, mereka merasa tim yang sudah ada bukan pemain-pemain pilihan mereka.
Di sisi lain, Gattuso sudah "berstatus" pelatih AC Milan, walaupun untuk kategori junior alias Primavera. Ini tentu memudahkan manajemen klub terkait admistrasi.
Gattuso juga dianggap memiliki kedekatan yang sangat kuat dengan AC Milan. Kehadiran juga dipastikan akan sangat dihormati oleh pemain karena pernah jadi bintang Milan.
Jam terbangnya yang begitu tinggi bersama I Rossoneri sebagai pemain, diharapkan bisa berguna. Dia pun diharapkan bisa memberikan motivasi khusus kepada pemain AC Milan yang sedang jatuh mentalnya.
Lagipula, meski belum mampu mendulang prestasi selama jadi pelatih, pengalaman Gattuso dianggap sudah cukup mendampingi Milan hingga akhir musim.
Tetap Didukung
Tak heran, Gattuso pun cukup mendapat dukungan dari intern AC Milan. “Dalam beberapa kasus, karisma dan personalitas bisa membawa banyak pengaruh, dan dalam kasus ini personalitasnya akan banyak membantu,” ujar Massimo Ambrosini, yang pernah bahu-membahu sebagai pemain AC Milan bersama Gattuso di era tahun 2000-an.
Yang jelas, duel AC Milan lawan klub promosi, Benevento, di pekan ke-15 Serie A, Minggu (3/11) akan jadi jadi ujian pertama Gattuso. Jika menang, itu akan modal berharga pria brewokan ini.
Namun, jika kalah, Gattuso harus bersiap-siap menghadapi nasib seperti Montella. Nah, bagaimana Gattuso?
Advertisement