Liputan6.com, Yogyakarta - Dalam sepekan ini, guyuran hujan dengan intensitas tinggi terus terjadi di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Cuaca ekstrem ini membuat para turis yang sudah singgah di Yogyakarta terpaksa menghentikan aktivitasnya mengeksplorasi Kota Gudeg.
Kawasan pusat perbelanjaan Malioboro juga tidak terlalu disesaki para turis lokal maupun mancanegara. Hal ini jauh berbeda dibandingkan musim kemarau dengan jumlah pengunjung yang membeludak.
Menurut Yulia, pelancong asal Kota Palembang, ia terpaksa memajukan jadwal perjalanan selanjutnya ke Jakarta karena cuaca di Yogyakarta yang tidak mendukung.
"Cuma bisa jalan-jalan di hari Senin (27/11/2017) saja. Karena hujan terus, jadi saya batal memperpanjang liburan di sini," ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa, 29 November 2017.
Satu hari di Yogyakarta hanya sempat dihabiskannya dengan berkeliling pusat perbelanjaan Malioboro dan Pasar Beringharjo. Rencana mengunjungi beberapa pusat wisata seperti Museum Vredeburg, Alun-Alun, dan Titik Nol Yogyakarta pun terpaksa dibatalkan.
Baca Juga
Advertisement
Yulia juga memilih pulang ke Palembang menggunakan kereta api menuju Jakarta dan melanjutkan rute perjalanan ke Palembang dengan pesawat. Hal ini dilakukannya karena khawatir jadwal penerbangan pesawat akan terganggu karena cuaca yang kurang mendukung.
Sama halnya dengan Yulia, Sinaga, turis asal Pontianak ini juga terpaksa berdiam diri di penginapan selama dua hari. Padahal, ia bersama teman-temannya sudah merencanakan liburan ke pantai dan wisata heritage lainnya di Yogyakarta.
"Rencana dua hari di Yogyakarta mau jalan-jalan dan beli oleh-oleh setelah dinas di Solo. Tapi hujan terus dan tidak bisa ke mana-mana," katanya.
Bahkan, jadwal penerbangannya ke kota asalnya pada Selasa, 28 November 2017, siang sekitar pukul 14.00 WIB, harus tertunda hingga pukul 22.00 WIB. Cuaca yang buruk dengan hujan yang deras membuat jadwal kepulangannya tertunda berjam-jam.
Sebelumnya, pihak maskapai telah mengumumkan pengunduran penerbangan hingga pukul 19.00 WIB. Namun, ia bersama penumpang lainnya harus kembali menunggu hingga pukul 22.00 WIB di dalam pesawat karena cuaca yang belum aman untuk penerbangan.
"Harusnya saya sudah sampai di Pontianak pada Selasa sore, sekitar pukul 15.30 WIB. Tapi ini baru sampai Selasa malam, pukul 23.00 WIB," Sinaga mengeluhkan.
Sepi Wisatawan, Pengayuh Becak Menganggur
Meskipun transportasi becak menjadi pilihan para turis untuk menghindari guyuran hujan saat berjalan-jalan di kawasan Malioboro Yogyakarta, tetapi orderan becak juga tidak begitu banyak.
Karsijo (60), pengayuh becak Malioboro mengungkapkan, hujan membuat pendapatannya menurun drastis. Pasalnya, sulit mencari penumpang yang ingin berjalan-jalan keliling kawasan Malioboro.
Jika tidak hujan, biasanya bapak dua anak ini bisa mendapatkan banyak orderan. Mulai dari penumpang yang ingin diantar ke pusat perbelanjaan makanan, atau juga minta diantarkan ke hotel setelah belanja.
Setiap ia membawa para pelancong ke pusat perbelanjaan tertentu, Karsijo akan mendapatkan upah sebesar 10 persen dari total belanja para penumpangnya.
"Kalau hujan seperti ini, susah dapat orderan. Yang cuma ada, penumpang yang mau pulang ke hotel saja. Itu pun tidak banyak dan berebut becak juga dengan yang lain," katanya.
Pendapatan sehari-harinya yang biasa tembus Rp 100 ribu, kini menurun drastis hanya Rp 20 ribu per hari. Itu juga harus di potong jasa sewa becak sebesar Rp 5.000 per hari.
Hingga pukul 23.00 WIB pada Selasa malam, ia sulit mendapatkan penumpang, karena selama satu hari penuh, hujan turun deras.
Lalu lalang jalanan di kawasan Malioboro saat hujan deras hanya dilewati oleh pengayuh becak, ojek payung, dan hanya sedikit turis.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement