Bursa Asia Menghijau Imbas Penguatan Wall Street

Bursa Asia menguat didorong sentimen positif dari wall street namun kondisi Korea Utara memberikan kekhawatiran ke pasar.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Nov 2017, 08:50 WIB
Ilustrasi Bursa Asia (iStockphoto)

Liputan6.com, Sydney - Bursa saham Asia menguat usai wall street mencetak rekor tertinggi. Ada tanda-tanda kemajuan pemangkasan pajak Amerika Serikat (AS) memberi angin segar untuk bursa saham Asia.

Pada perdagangan Rabu (29/11/2017), indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,1 persen pada awal perdagangan. Indeks saham Jepang Nikkei bertambah 0,5 persen. Indeks saham Australia menanjak 0,7 persen.

Prospek pemangkasan pajak Amerika Serikat (AS) tampaknya membaik usai partisipan anggota partai Republik memberikan suara. Namun mereka belum mengumpulkan suara yang dibutuhkan untuk diajukan senat. Sejumlah analis mengingatkan risiko konsekuensi yang tidak diinginkan jika paket itu disahkan.

"Pemangkasan pajak terutama akan dorong sisi permintaan pada saat ekonomi membutuhkan," ujar Jeremy Lawson, Ekonom Standard Life Investments, mengutip laman Reuters.

Ia menambahkan, paket kebijakan ekonomi itu akan dorong aktivitas ekonomi ke depan dengan sebagian besar stimulus sehingga dapat imbangi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga lebih cepat.

Selain itu, calon pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell pun memberikan pernyataan yang kondusif di depan senat. Powell akan meneruskan kebijakan pendahulunya menaikkan suku bunga. Sejumlah sentimen itu menaikkan wall street ke level tertinggi baru. Indeks saham Dow Jones naik 1,09 persen. Indeks saham S&P 500 menguat 0,99 persen dan indeks saham Nasdaq bertambah 0,49 persen. Wall street kembali cetak rekor berimbas ke bursa saham Asia.

Di pasar uang, indeks dolar AS cenderung stabil. Indeks dolar AS berada di posisi 93,20. Dolar AS menguat tipis 111,57 terhadap yen. Sedangkan euro berada di posisi US$ 1.1846.

Di pasar komoditas, logam paladium mencatatkan level tertinggi sejak Februari 2001. Harga emas sedikit berubah ke posisi US$ 1.293,81 per ounce. Harga minyak mentah turun 27 sen menjadi US$ 57,73 pada awal perdagangan. Sedangkan harga minyak Brent bertahan di US$ 63,61 per barel.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Wall Street Cetak Rekor

Sebelumnya Bursa saham Amerika Serikat atau wall street mencatatkan rekor tertinggi didorong saham bank. Sejumlah sentimen positif membayangi wall street mulai dari kemajuan proses pemangkasan pajak, investor percaya dengan data dan komentar dari kandidat pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa (Rabu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 255,93 poin atau 1,09 persen ke posisi 23.836,71. Indeks saham S&P 500 naik 25,65 poin atau 0,99 persen ke posisi 2.627,07. Indeks saham Nasdaq bertambah menguat 33,84 poin atau 0,49 persen ke posisi 6.912,36.

Jerome Powell yang ditunjukkan menggantikan Janet Yellen sebagai pimpinan the Federal Reserve bakal berpotensi meringankan peraturan di sektor keuangan. Powell menyatakan hal itu dalam kesaksikan di depan komite senat.

Powell mempresentasikan dirinya sebagai perpanjangan kebijakan the Federal Reserve yang ditetapkan oleh pendahulunya Janet Yellen dan Ben Bernanke.

Sentimen positif lain yang dorong penguatan wall street datang dari data ekonomi AS. Data ekonomi kepercayaan konsumen melonjak ke level tertinggi dalam 17 tahun. Hal itu didorong dari pasar tenaga kerja yang kuat. Selain itu, harga rumah naik tajam pada September 2017.

"Beberapa data yang didapatkan mengkonfirmasikan lingkungan baik mulai pengangguran, suku bunga rendah, kepercayaan dan aset yang tinggi," ujar Anthony Saglimbene, Global Market Ameriprise Troy, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu 29 November 2017.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya