Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan sumber daya manusia harus disiapkan untuk menghadapi perkembangan digital. Kurikulum pendidikan pun harus dibuat fleksibel.
Jokowi mengatakan, saat ini tenologi digital telah masuk dalam kehidupan manusia. Agar sumber daya manusia Indonesia tidak tertingal dengan negara lain, maka perlu adanya pembangunan ke arah digital.
Baca Juga
Advertisement
"Pembangunan sumber daya manusia mutlak harus kita siapkan tahapan dalam rangka pembangunan sumber daya manusia," kata Jokowi, di CEO Forum, Jakarta, Rabu (29/11/2017).
Menurut Jokowi, membangun sumber daya manusia yang melek teknologi digital bisa memanfaatkan kurikulim di sekolah, dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi.
"SD-SMP-SMA-SMK Politeknik kurikulumnya harus fleksibel tak bisa kaku terus, karena perkembangan perubahan dari detik ke detik berubah cepet sekali, sehingga penting kita kenalkan ke anak-anak kita software engineering, digital marketing, bahasa koding, bahasa data, bahasa statistik, bahasa idsen, psikologi data, kita harus berani masuk sana dan perubahan itu yang kita harapkan," papar dia.
Perubahan Kurikulum
Jokowi mengungkapkan, dengan adanya perubahan kurikulum menjadi teknologi digital, maka akan ada perubahan keahlian yang dimiliki pelajar Indonesia.
"Misalnya SMK dari dulu sampai sekarang lulusannya bangunan, listrik, jurusannya mesin, di Universitas sama Fakultas Ekonomi jurusan akuntansi, manajemen pembangunan, ekonomi yang saya hapal dua itu ada. Padahal perubahan cepat sekali belum ada saya lihat fakultas digital ekonomi, manajemen logistik, manajemen ritel atau fakultas toko online, enggak ada," ujarnya.
Terkait dengan pola kegiatan belajar, Jokowi ingin adanya perubahan yaitu 50 persen belajar di luar sekolah. Dengan begitu, pelajar bisa mengetahui langsung akar permasalahan dan mencari solusinya.
"Kita pengajaran berbasis problem, tantangan sangat penting karena perubahan sangat cepat sekali, anak anak harus dihadapi pada tantangan yg ada, problem yang di depan kita ini ada bukan terus diajarkan hapalan, hapalan, hapalan," tutup Jokowi.
Advertisement