Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara pada Rabu mengonfirmasi bahwa pihaknya berhasil meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menyerang "seluruh daratan Amerika Serikat". Pyongyang mengklaim telah mencapai tujuannya untuk menjadi negara berkekuatan nuklir.
Seperti dikutip dari USA Today pada Rabu (29/11/2017), ICBM jenis Hwasong-15 ini merupakan rudal yang meluncur paling jauh yang pernah diuji coba Korea Utara. Menurut perhitungan David Wright, seorang ahli di the Union of Concerned Scientists, misil terbang sekitar 600 mil pada lintasan tinggi, tapi memiliki jarak 8.100 mil pada lintasan datar. Jarak tersebut dilaporkan membuat misil mampu mencapai Washington.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, dalam laporannya merilis laporan yang menyebutkan bahwa Hwasong-15 mengangkut sebuah "hulu ledak super besar". KCNA menyebutkan bahwa pemimpin Korea Utara menyaksikan langsung peluncuran rudal tersebut.
Selain itu, KCNA juga menyiarkan tayangan langsung uji coba rudal yang menunjukkan Kim Jong-un menandatangani perintah peluncuran.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Pentagon, rudal Hwasong-15 diluncurkan dari Sain Ni, dekat Ibu Kota Pyongyang dan jatuh di Laut Jepang. Misil disebut mendarat di Zona Ekonomi Eksklusif Jepang.
Merespons langkah Korea Utara, Presiden Donald Trump mengatakan pihaknya "akan menangani hal ini.... Situasi ini akan kita bereskan."
Sementara itu, menurut Gedung Putih, melalui panggilan telepon dengan Perdana Menteri Shinzo Abe, Trump menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk memerangi ancaman Korea Utara. Selain Abe, Trump juga bicara dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan menegaskan kembali kecaman keras mereka terhadap kampanye sembrono Korea Utara untuk melanjutkan program rudal dan nuklirnya.
Adapun Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan akan meluncurkan upaya internasional demi meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara. Itu dapat menargetkan kapal-kapal yang membawa barang dari dan ke Korea Utara.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Heather Nauert mengatakan bahwa usaha AS-Kanada untuk menekan Korea Utara akan melibatkan 16 negara.
"Kami selalu sangat jelas bahwa kami terbuka melakukan pembicaraan dengan Korea Utara, namun Pyongyang tidak menunjukkan keinginan untuk duduk dan berdiskusi," terang Nauert.
Bukan Ancaman?
Komando Pertahanan Ruang Angkasa Amerika Utara (NORAD) menyebut bahwa rudal terbaru Korea Utara bukanlah ancaman bagi wilayah Amerika Utara atau AS.
Meski demikian, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengakui bahwa rudal "semakin tinggi dibanding yang sudah-sudah". Mattis menegaskan bahwa uji coba terbaru Korut "membahayakan perdamaian dunia, perdamaian regional, dan tentu saja Amerika Serikat".
Adapun menanggapi uji coba Korea Utara, Korea Selatan melakukan uji coba rudal jarak pendek. Hal tersebut dilaporkan oleh Yonhap News Agency.
"Kami tetap siap untuk membela diri dan sekutu kami dari serangan atau provokasi," tegas Kolonel Robert Manning, Juru Bicara Pentagon.
Peluncuran rudal Korea Utara ini terjadi satu hari setelah muncul laporan yang menyebutkan bahwa pemerintah Jepang mendeteksi sinyal misterius yang mengindikasikan peluncuran lain akan terjadi.
Uji coba ini merupakan yang pertama sejak 15 September, di mana saat itu Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak menengah.
Dua bulan berlalu tanpa gelagat akan adanya uji coba baru, mendorong para analis bertanya-tanya, apakah Korea Utara sedang memikirkan opsi untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat terkait masa depan program nuklirnya. Namun, fakta berkata lain.
Advertisement