Liputan6.com, Jakarta - Pascaerupsi Gunung Agung, Karangasem, Bali, yang terjadi sejak Sabtu 25 November 2017, puluhan pengungsi asal Bali, terus menerus berdatangan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka datang melalui Pelabuhan Lembar.
Dinas Sosial Provinsi NTB melalui Taruna Siaga Bencana (Tagana) mencatat hanya ada 5 kepala keluarga (KK) dengan total 16 jiwa yang mengungsi sejak Gunung Agung pertama kali meletus. Sebagian besar pengungsi berasal dari Kabupaten Karangasem, Bali.
Advertisement
"Seluruh pengungsi itu saat ini berada di rumah keluarga dan saudara mereka yang di Lombok," ujar Koordinator Tagana Provinsi NTB, Amran, Rabu (29/11/2017).
Menurut dia, data tersebut sebenarnya belum valid. Lantaran, banyak pengungsi yang enggan didata saat tiba di Pelabuhan Lembar. Mereka langsung beranjak menggunakan ojek atau dijemput oleh keluarga mereka.
Dia memperkirakan pengungsi yang enggan didata itu berkisar 100 orang.
Sebelumnya, ada kabar, ada ribuan warga sekitar Gunung Agung yang mengungsi ke Lombok, NTB.
"Tidak mungkin ribuan, kami standby 24 jam di sini, dan hanya segitu yang terdata. Yang tidak mau didata tak lebih 100 orang atau mungkin kurang. Itupun yang tidak terdata karena enggak ngaku pengungsi," kata Amran.
Hujan Batu
Sementara itu, salah seorang pengungsi yang enggan didata, Sutantri mengaku ketakutan dengan kondisi gunung Agung sejak beberapa hari terakhir. Dia memilih mengungsi karena daerahnya dihujani bebatuan erupsi.
"Kami enggak berani tinggal di sana, takut, di sana hujan batu sejak kemarin," kata Sutantri
Selain Sutantri, salah seorang pengungsi lainnya, Nengah Ordi asal Bebandem juga mengaku khawatir dengan aktifitas gunung agung yang terus menerus meningkat setiap harinya.
"Khawatir saja. Debunya sudah ke mana-mana," kata Ordi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement