Liputan6.com, Kupang - Menjadi seseorang yang dikatakan dewasa memang diperlukan sebuah proses yang panjang, baik dimulai dari proses meningkatnya usia sampai sikap dan cara berpikir.
Di Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT kedewasaan seorang perempuan harus melalui sebuah proses adat. Proses pendewasaan seorang perempuan harus melalui sebuah ritual potong gigi yang disebut Sorongi'is dan Koa Ngi'i.
Ritual Sorongi’is ini biasa dilakukan pada rentang usia praremaja atau remaja, tergantung pada kemampuan orangtua anak. Ritual ini sebagai salah satu pelengkap dalam proses menuju jenjang pernikahan.
Baca Juga
Advertisement
Sebelum menuju acara Sorongi’is pihak keluarga harus melaksanakan sebuah ritual lagi yaitu, mengantar sesajian kepada leluhur. Sesajian biasanya terdiri dari nasi, daging, sirih pinang dan moke. Sesajian ini sebagai bentuk ucapan syukur kepada leluhur sekaligus memohon berkat untuk penyelenggaraan acara.
"Wanita yang akan di potong gigi akan disuruh berbaring dengan mengenakan kain adat setempat. Tidak lama kemudian, seorang sebagai petugas potong gigi mendekat dan memegang rahang sang wanita sambil meminta untuk membuka mulut," ujar Doni Moni salah satu tua adat kepada Liputan6.com, Selasa, 28 November 2017.
Dia mengisahkan, sebuah batu asah kecil langsung ditancapkan ke gigi, biasanya wajah meringis dan mengeluarkan rintihan menahan ngilu ketika batu asah tersebut digosok berulang-ulang kali.
Memberikan Ajaran Kehidupan
Setelah dirasa permukaan gigi telah rata, kemudian diobati. Di sini pengobatan hanya mengandalkan ramuan ala kampung berupa buah pinang yang masih mentah. diharuskan mengunyah buah pinang tersebut beberapa kali sekedar menghilangkan rasa ngilu.
"Inilah puncak dari semua rangkaian pendewasaan perempuan Kabupaten Nagekeo. Ritual ini mengandung makna bahwa anak tersebut telah dewasa dalam hukum adat. suatu saat jika sampai pada usia siap pinang, hukum adat sudah merestui jika ada lelaki yang datang meminang," katanya.
Sebelum menuju ritual ini, pihak keluarga harus menjalani beberapa rangkaian acara adat. Malam sebelumnya, pihak keluarga maupun undangan akan melaksanakan tandak. Mereka mulai menari, bernyanyi dan berpantun mengelilingi api unggun sambil berpegang tangan.
Syair-syair dalam irama tandak mengisahkan tentang arwah nenek moyang dan sejumlah ajaran-ajaran adat dalam kehidupan. Sesekali diselingi dengan pantun yang di ucapkan secara berbalasan dari kaum perempuan dan laki-laki.
Isi pantun kadang bernada humor, yang mengundang gelak tawa dari para penonton. Untuk menambah semangat, seorang petugas akan terus menghidangkan sirih pinang dan moke, minuman khas nagekeo, flores kepada para peserta tandak.
"Seluruh rangkaian acara ini boleh dibilang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Biasanya jauh-jauh hari pihak keluarga sudah menyiapkan segala kebutuhan acara, mulai dari hewan sapi, kerbau, babi dan kambing yang siap di korbankan untuk makan bersama. Bagi orang tua anak, persiapan acara ini mungkin bisa tertolong dengan bingkisan-bingkisan yang di bawa oleh para undangan," Doni memungkasi.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement