Senada dengan Asia, IHSG Melemah di Awal Perdagangan

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan pada pembukaan IHSG hari ini.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Nov 2017, 09:15 WIB
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Pergerakan IHSG senada dengan bursa Asia.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Kamis (30/11/2017), IHSG turun 8,34 poin atau 0,14 persen ke posisi 6.034,02.

Tekanan IHSG berlanjut pada pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG melemah 5,5 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.055,8. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,20 persen ke 1017,1. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Investor asing pun melakukan aksi jual Rp 6,43 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.510.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor industri dasar yang naik 0,31 persen, sektor saham pertambangan menguat 0,17 persen, sektor saham perkebunan menanjak 0,06 persen.

Sementara itu, sektor saham konsumsi turun 0,62 persen, sektor saham manufaktur melemah 0,33 persen dan sektor saham perdagangan susut 0,29 persen.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham RBMS naik 11,94 persen ke posisi Rp 300, saham SIPD menanjak 10 persen ke posisi Rp 770 per saham, dan saham Wege mendaki 6,21 persen ke posisi Rp 550 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham PSDN merosot 3,37 persen ke posisi Rp 402, saham ELSA merosot 2,07 persen ke posisi Rp 312, dan saham SMBR turun 1,96 persen ke posisi Rp 2.500 per saham.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Saham Teknologi Seret Bursa Asia Turun

Bursa Asia jatuh terbebani anjloknya saham perusahaan teknologi. Beberapa orang menganggap ini sebagai koreksi usai pasar saham melaju tinggi, namun beberapa justru percaya ini menjadi tanda adanya aksi berlebihan yang mendorong sektor ini.

Melansir laman Reuters, Kamis (30/11/2017), indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,5 persen. Dengan saham Samsung Electronics melemah 3 persen, level terendah dalam dua bulan.

Adapun indeks Nikkei Jepang turun 0,3 persen, dipimpin penurunan saham Sony, Murata dan saham teknologi lainnya. Anjloknya saham perusahaan teknologi di Asia, juga imbas dari perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS).

Tercatat, Nasdaq Composite turun 1,27 persen karena investor beralih ke sektor keuangan dan sektor lainnya. Nasdaq turun saat indeks  S&P 500 mendatar dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,44 persen.

Di Amerika, sama teknologi yang anjlok antara lain milik Amazon.com (AMZN.O), Apple (AAPL.O), alfabet induk Google (GOOGL.O) dan Facebook (FB.O) yang turun antara 2 persen dan 4 persen. Tertinggi, saham Netflix (NFLX.O) turun 5,5 persen.

Penurunan ini diprediksi akibat kekhawatiran terhadap laporan Morgan Stanley pada awal pekan ini, bahwa permintaan memori flash NAND, komponen kunci dalam berbagai produk berteknologi tinggi, mungkin telah mencapai puncaknya.

Beberapa pelaku pasar mengatakan, koreksi saham teknologi itu tidak mengherankan mengingat kuatnya laju kinerja mereka tahun ini. Indeks Nasdaq masih naik 26,8 persen sepanjang tahun ini, lebih dari 9 persen poin di atas kenaikan indeks S&P.

"Koreksi skala ini telah terjadi berkali-kali di masa lalu. Melihat prospek solid dari banyak perusahaan teknologi yang tinggi dan nilai valuasi yang layak, saya tidak berpikir ini saatnya untuk khawatir," kata Mutsumi Kagawa, Kepala Strategi Global  Rakuten Securities.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya