Liputan6.com, Wonosobo - Hujan deras tak henti mengguyur wilayah Wonosobo, Jawa Tengah, sejak Selasa siang dipicu badai Cempaka. Debit air Sungai Mangli yang mengalir di Dusun Kasiran, Desa Mlipah, Kecamatan Wonosobo, pun meningkat. Korban badai cempaka pun jatuh.
Menjelang petang, deraan hujan semakin hebat. Beberapa titik tanggul yang sebenarnya telah diperkuat talut mulai goyah. Warga mulai khawatir. Pasalnya, ada tiga rumah yang begitu dekat dengan tanggul yang kritis itu.
Sementara, posisi sungai berada sekitar dua meter di atas permukiman. Mereka khawatir air bah menjebol tanggul dan menerjang permukiman. Bisa dibayangkan betapa berbahayanya situasi saat itu.
Lepas Isya, Ahmad, warga setempat, dan Dedek, Ketua RT 2 RW 8 Kelurahan Kasiran, memperingatkan warga yang rumahnya berdekatan dengan tanggul Sungai Mangli. Saat itu, diketahui ada bagian yang sudah jebol, meski masih kecil.
Posisinya persis bersisian dengan rumah keluarga Mugiyanto (65), dengan jarak 2 meter. Ada pula dua rumah lainnya dari titik jebolan, dengan posisi yang lebih jauh, sekitar 20-an meter.
Baca Juga
Advertisement
Maka, Ahmad pun segera berteriak memperingatkan pemilik rumah, agar segera keluar dan menyelamatkan diri. Air luapan masuk ke dalam rumah hingga setinggi betis. Ia memperkirakan tanggul akan pecah lebih besar dan memuntahkan air bah luapan sungai yang dipicu badai Cempaka.
Di fase kritis itu, ia berlari dan segera menarik dua anak Mugiyanto, Ayu (17) dan Slamet (23), dari dalam rumah agar cepat keluar. Sementara, Mugiyanto masih terjebak di dalam rumah. Ahmad hanya bisa berteriak agar Mugi lekas keluar karena air bah mulai menerjang.
Tanggul yang hanya berjarak sekitar dua meter dari dinding rumah Mugi itu akhirnya benar-benar jebol selebar empat meter. Air bah bercampur material talut menjebol sebagian tembok rumah Mugi.
"Saya panggil untuk keluar, dia jawab “Nun” (ya), panggilan ketiga sudah tidak jawab saat tanggul longsor dan menjebol rumah," tutur Ahmad, ketika menceritakan kronologi peritiwa itu kepada Petugas SAR Gabungan, Rabu, 29 November 2017.
Dinding permanen sisi samping hingga belakang rumah jebol sepanjang sekitar 8 meter. Tembok kamar dalam rumah pun jebol diterjang air bah badai Cempaka yang menghanyutkan seisi rumah.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Jenazah Ditemukan di Jarak 9 Kilometer dari Lokasi Bencana
Air masih membuncah dan menerjang apa saja. Mugiyanto tak lagi ditemukan di dalam rumah. Diduga, air bah yang dipicu badai cempaka menyeret Mugiyanto ke aliran hulu Sungai Serayu, yang hanya berjarak 300 meter dari lokasi. Mugiyanto dinyatakan hilang.
Malam itu, warga Kasiran mulai mencari keberadaan Mugiyanto berbekal senter dan alat seadanya. Namun, air yang mengalir dari Sungai Mangli menyulitkan pencarian. Di saat yang sama, warga juga melaporkan kejadian ini ke pemerintah kelurahan yang meneruskan ke kepolisian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonosobo.
Pagi harinya, pencarian besar-besaran mulai dilakukan. Berbagai potensi Search and Rescue (SAR) terlibat. Mulai dari TNI, Polri, BPBD, Tagana, dan Badan Search and Rescue (Basarnas).
Pencarian awal dikonsentrasikan antara tempat kejadian bencana (TKB) dengan aliran Sungai Serayu. Lantas, dari titik ini pencarian diperluas 2 kilometer ke arah hilir. Tetapi, keberadaan Mugiyanto masih belum diketahui.
Lantaran nihil, menjelang siang pencarian diperluas lagi hingga memasuki wilayah Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. Pukul 11.00 WIB, jenazah Mugiyanto ditemukan tersangkut batang pohon kelapa yang tertahan di bawah jembatan gantung Selokromo Leksono Wonosobo.
"Jadi untuk korban sudah berhasil ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB. Dalam keadaan meninggal dunia, di wilayah yang sudah masuk ke wilayah Sojokerto, dengan jarak sekitar 9 kilometer dari tempat kejadian pertama kali," kata Koordinator Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu malam, 29 November 2017.
Koordinator Badan Search and Rescue (Basarnas) Pos SAR Cilacap, Moelwahyono, mengatakan hujan lebat seharian penuh menyebabkan tanggul Sungai Mangli di RT 2 RW 8, Kelurahan Mlipah jebol, Selasa malam (28/11/2017) sekitar pukul 22.00 WIB. Air bah bercampur material talud dan tanah menerjang rumah yang Mugiyanto yang tepat berada di titik jebolan.
Dia berujar, dengan ditemukannya korban, maka operasi pencarian dihentikan. Personil SAR gabungan dikembalikan ke kesatuannya masing-masing.
Moelwahyono menambahkan, dalam peristiwa jebolnya tanggul Sungai Mangli, dua rumah lain yang bersisian dengan rumah Mugiyanto juga turut rusak. Namun, 14 penghuni rumah dapat menyelamatkan diri.
Advertisement
19 Korban Jiwa Akibat Badai Cempaka
Seperti diketahui, badai Cempaka memicu munculnya gelombang tinggi dan cuaca ekstrem di Pulau Jawa, terutama di sisi selatan. BMKG menginformasikan pusat tekanan rendah berada di perairan sebelah selatan Jawa Timur sekitar 8,5 LS, 111,2 BT, sekitar 32 km sebelah selatan tenggara Pacitan.
Pusat tekanan rendah bergerak ke timur tenggara dengan kecepatan 2 knots atau sekitar 4 kilometer. Kekuatannya semakin melemah dan menjauh.
"Waspadai siklon tropis Cempaka yang dapat menimbulkan cuaca ekstrem Jateng, DIY, dan Jatim bagian Selatan. Siklon bergerak ke selatan akan luruh 2/12/2017 (Sabtu)," ujar Kapusdatin Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan di akun twitternya, Rabu.
Mugiyanto adalah korban badai cempaka ke-19. Korban berjatuhan di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta, baik lantaran longsor maupun banjir.
"Dampak siklon per 29/11/2017 pagi 19 orang tewas, ribuan rumah terendam banjir dan kerusakan lainnya. Waspadalah," Sutopo menerangkan.