Liputan6.com, Jakarta Technopreneur berarti membuat usaha dan bisnis yang berbasis pada teknologi dan industri. Tentunya kehadiran technopreneur dan entrepreneur di Indonesia amat dibutuhkan.
Baca Juga
Advertisement
Pasalnya, dengan membuka usaha industri baru dari negara kita sendiri, hal ini dapat menambah aset dan nilai tinggi yang bermanfaat di bidang industri Indonesia. Kesejahteraan dari bangsa kita kepada orang Indonesia sendiri jauh lebih baik.
Munculnya start up yang dibuat oleh para technopreneur befungsi untuk menambah lapangan kerja baru. Selain itu, adanya technopreneur juga dapat meningkatkan sektor industri di negara Indonesia. Sehingga kita juga bisa buktikan, bahwa bangsa Indonesia bisa tak selalu bergantung dengan produk asing.
Jika kita menengok ke negara maju, menjamurnya para technopreneur merupakan salah satu faktor penting dalam kemajuan ekonomi bangsa mereka. Lalu bagaimana antusias technopreneur di Indonesia sendiri ?
"Berdasarkan riset yang dilakukan di sejumlah perguruan tinggi di Bandung, 75 persen mahasiswa ingin punya bisnis dalam hidupnya," ujar Dwi Larso, Wakil Ketua Ikatan Alumni ITB, dalam Acara Media Gathering Indonesianisme Summit 2017 di Jakarta pada Rabu (29/11/2017)
Menurutnya, jumlah itu menunjukan modal yang sangat besar mengenai bibit-bibit technopreneur di masyarakat kita. Menurut Dwi, data tersebut bisa diterapkan melalui kurikulum lembaga perguruan tinggi supaya sukses terlaksana.
Tentunya, sudah menjadi harapan untuk para lulusan perguruan tinggi saat ini agar bisa menjadi technopreneur atau entrepreneur. Namun untuk menjadi technopreneur perlu ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
"Ada tiga hal yang dibutuhkan untuk jiwa-jiwa entrepreneur, mulai dari knowledge (pengetahuan), skill (kemampuan), dan attitude (sikap)," ucap Dwi Larso.
Selanjutnya
Menurutnya, pengetahuan akan mudah didapatkan oleh generasi muda saat ini yang cepat beradaptasi dengan teknologi. Sedangkan, hal yang tak mudah didapatkan ialah sikap atau attitude.
Sikap yang diperlukan untuk menjadi jiwa technopreneur, tak bisa diajarkan di bangku kuliah atau semacamnya, melainkan dididik dari sejak lama.
Dwi Larso menjelaskan, sikap pantang menyerah yang harus dimiliki dimulai dari sejak kecil atau didapat dari pendidikan karakter. Selain itu, sikap optimis, tekun, dan disiplin merupakan bagian yang dari attitude yang diperlukan untuk menjadi jiwa technopreneur.
Ia juga menambahkan, dorongan untuk membuat usaha dan bisnis disebabkan karena anak muda saat ini merasa mandiri dan tak mau diatur.
Oleh karena itu, pentingnya kemauan untuk menjadi seorang technoprenur patut untuk diapresiasi, sekaligus dibutuhkan untuk negara. Bagi generasi muda, tak perlu takut untuk membuka dan mengembangan bisnis industri ataupun start up.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement