Liputan6.com, California - Di Bumi, kita harus terbang jauh ke kutub utara untuk melihat pemandangan aurora. Namun seandainya manusia bisa hidup di planet Jupiter, mereka tak perlu repot pergi jauh demi menyaksikan aurora. Kenapa? Sebab, di Jupiter aurora selalu muncul di langit setiap harinya.
Berbeda dengan aurora Bumi yang berwarna hijau kebiru-biruan, aurora Jupiter justru berwarna campuran magenta dan putih.
Baca Juga
Advertisement
Menurut ilmuwan NASA, aurora muncul karena adanya badai matahari. Badai matahari yang terjadi merusak magnetosfer yang ada di planet berjuluk Planet Raksasa tersebut, akibatnya cahaya aurora selalu muncul di permukaan langit Jupiter.
John Clarke, seorang ilmuwan di Center for Space Physics, mengatakan kehadiran cahaya aurora di Jupiter dapat membantu para peneliti mempelajari seberapa besar pengaruh cahaya matahari ke planet terbesar di tata surya ini.
"Hadirnya aurora memang disebabkan oleh badai matahari. Meski begitu, kami tidak bisa memastikan apakah cahaya matahari yang masuk ke Jupiter memiliki porsi besar atau kurang dari itu," ujar Clarke.
Sayang, cahaya aurora Jupiter hanya bisa dilihat melalui observatorium X-ray Chandra yang memiliki teleskop khusus dengan fitur X-ray. Misteri munculnya cahaya aurora ini telah dipelajari lebih lanjut oleh Juno.
Simpan Arus Listrik hingga 400 Volt
NASA juga mengungkap, cahaya aurora yang 'membalut' planet raksasa ini ternyata memiliki arus listrik bertegangan tinggi.
Saking tingginya, tegangan dari aurora itu bisa mencapai 400.000 volt. Mereka menilai tegangan tinggi itu adalah salah satu penyebab mengapa cahaya aurora bisa berpendar begitu terang.
Penelitian yang dipublikasikan lewat jurnal bertajuk Nature tersebut diambil langsung dari penerawangan Juno, pesawat milik NASA yang mengeksplorasi Jupiter selama bertahun-tahun.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement