Liputan6.com, Chicago - Sebanyak 800 juta pekerja di dunia akan kehilangan pekerjaannya pada 2030 dan akan digantikan oleh robot automasi. Hal tersebut dilaporkan oleh McKinsey Global Institute.
Studi yang dilakukan terhadap 46 negara dan 800 jenis pekerjaan itu menemukan, seperlima angkatan kerja global akan terpengaruh adanya automasi.
McKinsey menyebut, sepertiga dari angkatan kerja di negara-negara kaya seperti Jerman dan Amerika Serikat mungkin butuh dalam melatih warganya untuk memiliki keterampilan lain.
Menurut laporan tersebut, operator mesin dan pekerja pangan akan terkena dampak terparah.
Sementara itu, negara-negara miskin yang hanya menginvestasikan di bidang robot automasi dalam jumlah kecil hanya sedikit terdampak. Misalnya saja India. Hanya sembilan persen pekerjaan di negara asal Bollywood itu yang akan digantikan oleh teknologi.
Dikutip dari BBC, Kamis (30/11/2017), laporan itu juga melihat bahwa tugas yang dilakukan oleh makelar dan akuntan sangat rentan terhadap automasi.
Sementara itu pekerjaan yang membutuhkan interaksi antar-manusia seperti dokter, pengacara, guru, dan bartender tak begitu rentan terhadap automasi. Pekerjaan dengan upah rendah seperti tukang kebun dan perawat juga kurang terpengaruh atas automasi.
Baca Juga
Advertisement
Di negara-negara berkembang, kebutuhan pendidikan tinggi akan tumbuh. Pasalnya, pekerjaan yang membutuhkan pendidikan rendah akan menyusut.
Di AS saja, 39 hingga 73 juta pekerjaan diprediksi hilang pada 2030. Namun menurut laporan McKinsey, sekitar 20 juta bekerja dapat mudah berpindah ke industri lain.
Sementara itu di Inggris, sekitar 20 persen pekerjaan akan diautomasi dalam periode yang sama.
Penulis laporan itu meyakini bahwa dunia akan melihat transisi yang terjadi pada awal 1900-an, ketika sebagai besar industri global beralih dari pertanian ke pekerjaan pabrik.
Namun, mereka mengingatkan bahwa teknologi baru akan menghasilkan jenis pekerjaan baru. Hal itu serupa dengan pengenalan komputer pribadi pada 1980-an yang memicu adanya teknologi untuk membantu bekerja dan juga bisnis online.
Penulis laporan itu juga mendesak pemerintah untuk memberlakukan rencana untuk melatih warga mereka menyusul pesatnya laju robot automasi.
Ahli: 250 Ribu PNS Diganti Robot, Negara Hemat Rp 43 Triliun
Menurut sebuah laporan yang dirilis pada awal 2017, robot dapat menggantikan tugas pegawai negeri sipil (PNS) dan menghemat kas negara hingga triliunan rupiah.
Hal tersebut disampaikan oleh wadah pemikir layanan publik, Reform, yang mengatakan bahwa 90 persen dari 137.000 staf administratif di Whitehall Inggris dapat digantikan dengan robot cerdas pada 2030.
Menurut mereka, pemangkasan pegawai tersebut dapat menghemat 2,6 miliar pound sterling atau sekitar Rp 43,2 triliun.
Dimuat Telegraph, laporan tersebut juga menyebut bahwa mesin cerdas dan robot otonom dapat melakukan tugas 250.000 pekerja sektor publik.
Dengan adanya perubahan pelayan publik secara radikal, 90.000 pegawai layanan kesehatan (NHS) dan 24.000 dokter juga dinilai dapat ditiadakan.
Laporan itu mengutip bukti bahwa diperkirakan 30 persen kegiatan perawat dapat dilakukan secara otomatis. Persentase serupa juga berlaku untuk dokter dalam spesialisasi tertentu.
Hal tersebut menyusul pengumuman NHS bahwa pasien akan dirawat menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam meringankan tekanan pada unit Kecelakaan dan Darurat.
Lebih dari satu juta orang akan diberikan akses ke sebuah aplikasi gratis. Melalui aplikasi tersebut, mereka dapat berkonsultasi dengan "chatbot", bukan dengan manusia.
Wadah pemikir itu mengatakan, sektor publik dapat menjadi "Uber selanjutnya" jika menggunakan teknologi untuk menyampaikan nilai lebih tentang uang kepada wajib pajak.
Sebelumnya, co-director Oxford Martin program teknologi dan pekerjaan di Oxford Univeristy, Carl Frey, mengatakan bahwa pekerjaan kelas menengah dapat segera diambil alih oleh robot.
Ia mengatakan, penemuannya memperkirakan bahwa pekerjaan penjamin asuransi adalah yang paling berisiko, diikuti petugas kredit, penilai asuransi bermotor, dan analis kredit.
Rekan penulis laporan Reform, Alexander Hitchcock, menanggapi soal kemajuan teknologi dan dampaknya soal pekerjaan.
"Kemajuan pesat penggunaan teknologi mungkin tampak kontroversial, dan kerugian pihak tenaga kerja harus ditangani secara sensitif," ujar Hitchcock.
"Tapi hasilnya pelayanan publlik akan lebih baik, aman, cerdas, dan terjangkau," imbuh dia. Juga antikorupsi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement