Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam menjelang libur panjang. Penurunan IHSG didorong saham-saham berkapitalisasi besar yang tertekan.
Berdasarkan data RTI, IHSG turun 109,22 poin atau 1,8 persen ke posisi 5.952,13 pada penutupan perdagangan saham Kamis (30/11/2017). Ada sebanyak 215 saham melemah sehingga menekan IHSG. 132 saham menguat dan 120 saham lainnya diam di tempat.
Transaksi saham juga cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 371.677 kali dengan volume perdagangan 25,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14,9 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 2,23 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.525.
Baca Juga
Advertisement
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,38 persen dan tambang mendaki 0,04 persen. Sementara itu, sektor saham aneka industri susut 3,53 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham barang konsumsi tergelincir 3,19 persen dan sektor saham manufaktur melemah 3,01 persen.
Dengan kondisi apa yang terjadi di pasar saham Indonesia?
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, saham-saham berkapitalisasi besar cenderung tertekan. IHSG pun turun 1,8 persen. Saham-saham berkapitalisasi besar itu antara lain saham PT Astra International Tbk (ASII) merosot 4,5 persen, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tergelincir 1,2 persen, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 2,7 persen.
Kemudian di susul saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melemah 3,6 persen, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merosot 3,9 persen, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) turun 3,6 persen, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) merosot 3,7 persen, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) tertekan 4,9 persen dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) susut 4,5 persen.
"Tidak ada alasan fundamental buat investor menjual saham Indonesia," tulis Ashmore Assets Management.
Namun, pada Kamis pekan ini, Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengubah portofolio saham atau rebalancing secara efektif. Aksi jual investor asing pun sangat besar mencapai Rp 1,6 triliun. Hal itu menambah tekanan ke IHSG terutama didorong saham kapitalisasi besar. "Kemungkinan ini didorong bobot saham Indonesia yang berkurang di Indonesia," tulis Ashmore.
Ashmore menyatakan pihaknya tidak mengubah pandangan usai adanya tekanan terhadap IHSG. Pihaknya masih optimistis terhadap pertumbuhan earning per share atau laba per saham di Indonesia. "Ini membuat saham-saham tertentu menjadi menarik usai aksi jual besar. Kami rekomendasikan beli saat melemah," tulis Ashmore.
Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG bergerak konsolidasi jelang pergantian bulan dan tahun. "Potensi kenaikan IHSG masih terlihat namun aliran dana keluar sejak kemarin dan hari ini menekan IHSG," kata William saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Transaksi Rp 13,8 Triliun, IHSG Melemah 109 Poin
Sebelumnya laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah menjelang libur panjang. Bahkan, pelemahan IHSG turun tajam hingga di bawah level 6.000.
Pada penutupan perdagangan saham Kamis 30 November 2017, IHSG turun 109,22 poin atau 1,8 persen ke posisi 5.952,13. Indeks saham LQ45 melemah 2,65 persen, dan catatkan penurunan terbesar.
Ada sebanyak 215 saham tertekan sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 132 saham menghijau. 119 saham lainnya diam di tempat.
Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.058 dan terendah 5.952. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 359.139 kali dengan nilai transaksi 24,3 miliar. Nilai transaksi harian saham Rp 13,8 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 2,02 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.524.
Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatatkan transaksi capai Rp 1,1 triliun di pasar reguler. Harga saham BBTN naik 1,27 persen ke posisi Rp 3.200 per saham. Investor asing pun banyak melakukan aksi beli saham BBTN capai Rp 256,11 miliar.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,38 persen dan sektor tambang mendaki 0,04 persen. Sektor saham aneka industri tergelincir 3,53 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham barang konsumsi melemah 3,19 persen dan sektor saham manufaktur merosot 3,01 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham CTTH naik 10,89 persen ke posisi Rp 112, saham MASA melonjak 8,75 persen ke posisi Rp 348, dan saham INPC mendaki 5,62 persen ke posisi Rp 94.
Saham-saham kapitalisasi besar pun alami penurunan. Saham HMSP turun 4,87 persen ke posisi Rp 4.100, saham ASII merosot 4,49 persen ke posisi Rp 7.975, dan saham BBCA tergelincir 3,9 persen ke posisi Rp 20.350.
Investor asing pun banyak melakukan aksi jual ke sejumlah saham antara lain saham BBCA merosot Rp 368,03 miliar, SMRA alami aksi jual Rp 171,69 miliar, dan saham UNVR alami aksi jual Rp 169,9 miliar.
Bursa saham Asia pun tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,51 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi merosot 1,45 persen, indeks saham Shanghai melemah 0,62 persen, indeks saham Singapura susut 0,04 persen dan indeks saham Taiwan turun 1,43 persen. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,57 persen.
"IHSG konsolidasi jelang akhir pekan. Ditambah harga komoditas yang masih tertekan," ujar Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement