Liputan6.com, Kebumen - Seno (21) hanya bisa meringis ngilu saat melihat lima buah durian berukuran sedang, sekitar dua kilogram per buah, sejak pagi hari dijejer di tengah halaman pesantren. Maklum, durian-durian itu bukan untuk dimakan. Lima durian itu digunakan sebagai bola untuk kompetisi sepak bola durian.
Keseharian pemuda bernama lengkap Widyo Seno Jumantoro ini sebenarnya tak jauh-jauh dari kontak fisik dan latihan berbahaya. Nyaris saban hari, anggota Dalmas Satuan Sabhara berpangkat brigadir dua itu berlatih keras di kesatuannya.
Tetapi, menendang durian dengan kaki telanjang bakal menjadi pengalamannya yang pertama. Ia pun merinding membayangkan duri runcing menancap di telapak kakinya.
Hari itu, di lapangan Pondok Pesantren Al Hasani, Jatimulyo Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Seno bersama enam anggota tim Polres Kebumen dan tiga pemain cadangan, mesti menjajal seberapa liat kakinya menendang duri-duri runcing durian.
Baca Juga
Advertisement
Lawannya tidak tanggung-tanggung. Mereka adalah tim Banser Kebumen, TNI dan tim Pagar Nusa. Tiga tim itu jelas-jelas bukan lawan yang enteng. Mereka adalah tim yang juga dikenal kerap berlatih olahraga berbahaya.
Rupanya, rasa ngeri itu juga dirasakan oleh para suporter alias “tim hore” Polres Kebumen. Meski tak turun menjadi anggota tim, mereka pun ikut ngilu. Mereka jadi cenat-cenut membayangkan duri-duri tajam menancap di kulit.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Suporter pun Ikut Ngeri
"Nendang kon nendang eri. Diemek be nyocog (menendang kok menendang duri, dipegang saja menusuk)," ujar Briptu Darwin, Humas Polres Kebumen yang kali ini menjadi pimpinan "tim hore" Polres Kebumen, Kamis, 30 November 2017.
Beruntung, sebelum dimulai, keempat tim yang berlaga dikumpulkan di tengah lapangan. Mereka didoakan oleh pengasuh Ponpes Al Hasani Jatimulyo, Gus Fahrudin Achmad Nawawi. Seusai doa, kiai muda nan kharismatik ini memberi wejangan soal pasrah kepada Tuhan.
Mujarab, seluruh anggota tim yang tadinya ragu menjadi berani. Yang canggung pun berubah mantap. Tadinya takut, mendadak berani.
Kompetisi unik sepak bola durian yang menggunakan sistim gugur pun dimulai. Di awal, tim TNI melawan Banser, dan tim Polres Kebumen melawan tim Pagar Nusa.
Singkat cerita, tim Banser dan tim Polres lolos ke babak final.
Advertisement
Makna di Balik Sepak Bola Durian
Dalam pertandingan final, Seno, yang berposisi sebagai striker, berhasil membobol gawang tim Banser dua kali. Pertandingan rampung dengan kemenangan 3-1 untuk Polres Kebumen. Tim Polres Kebumen pun berhasil menggondol piala bergilir sepak bola durian Pondok Pesantren Al Hasani.
"Awalnya canggung. Tapi setelah ke lapangan, didoakan, jadi mantap," ucap Seno, seusai pertandingan.
Seno menggunakan telapak kaki bagian bawah untuk menendang. Alasannya, kulit telapak kaki lebih tebal dan mampu menahan duri-duri tajam.
Namun, ia pun tetap saja terluka. Beberapa bagian jemari kakinya tertusuk duri lantaran terlalu bersemangat.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hasani Jatimulyo, Fahrudin Achmad Nawawi menjelaskan, sepak bola durian ini merupakan rangkaian acara memeriahkan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H. Selain itu, sepak bola nan unik ini bertujuan mempererat silaturahmi antara kalangan pesantren, TNI, Pagar Nusa, dan Polri.
"Untuk menjaga situasi kondusif, khususnya Kebumen dan NKRI," tutur Fachrudin.
Sementara, Kasat Sabhara Polres Kebumen, AKP Krida Risanto mengatakan, keikutsertaan timnya dalam kompetisi agar semakin dekat dengan masyarakat. Ia pun menilai, kompetisi sepak bola durian unik dan perlu dikembangkan.
"Ada TNI, Banser, Pagar Nusa, kami ingin menjalin kerja sama yang baik," ucap Krida.