Tertular HIV/AIDS dari Suami, Simak Perjuangan Wanita 3 Anak Ini

Simak kisah perjuangan Hages Budiman, wanita ini terus berjuang pasca tertular HIV/AIDS dari suaminya.

oleh Umi Septia diperbarui 01 Des 2017, 14:00 WIB
HIV/AIDS

Liputan6.com, Jakarta Hari HIV/AIDS Sedunia selalu dijadikan ajang sebagai momen untuk menyuarakan arti pentingnya pencegahan HIV/AIDS. Salah satunya adalah dengan menekankan pentingnya menjalani pola hidup sehat, menghindari seks berisiko serta menjauhi narkoba. Salah satu kisah yang patut kita jadikan pelajaran agar terhindar dari penyakit ini adalah kisah seorang wanita yang tertular HIV dari suaminya berikut ini.

Bagai tersambar petir, seperti itulah yang dirasakan Hages Budiman saat dirinya mengetahui bahwa suaminya terkena HIV/AIDS. Kenyataan pahit tersebut dia ketahui 11 tahun silam, saat dia baru saja melahirkan.

"Saat itu perjuangan memang tidak mudah. Apalagi saat itu saya ketahuan terinfeksi. Awalnya memang tahu dari suami saya yang pertama. Jadi saat suami pertama saya didiagnosa positif HIV, saya juga harus diperiksa. Selain itu, anak saya yang baru lahir juga diperiksa," kata Hages, saat ditemui baru-baru ini di kawasan Jakarta Pusat. 

Bagai jatuh tertimpa tangga, mungkin itulah yang dirasakan Hages saat mengetahui bahwa dirinya dinyatakan positif terinfeksi HIV. Tak hanya itu, bayinya juga sempat berstatus positif setelah diperiksa.

"Sedih banget waktu tahu anak saya juga sempat positif HIV. Tapi waktu itu dokter bilang karena anak saya itu masih di bawah 18 bulan jadi yang terdeteksi itu masih imun saya. Jadi masih ada kesempatan gitu lah untuk nanti bisa berubah lagi. Alhamdulillah setelah dicek lagi pas usia 18 bulan, hasilnya anak saya negatif HIV," curhat wanita berusia 35 tahun ini.

Yang lebih menyedihkan, saat dia dan suami didiagnosis positif HIV, suaminya menjadi depresi.

"Dia enggak kuat terus jadi depresi, enggak lama akhirnya dia meninggal."

 

Saksikan video menarik berikut :

 


Mencoba Bangkit

Hages Budiman, salah satu orang dengan HIV-Aids (ODHA), saat ditemui pada Senin (27/11/2017) di kawasan Jakarta Pusat. Foto : Umi Septia

Hages mengaku, peristiwa meninggalnya sang suami menjadi titik awal dia merasa harus bangkit dari keterpurukan. Apalagi, saat itu Hages memiliki anak yang harus dia besarkan.

"Bagaimanapun saya harus berjuang untuk anak saya karena hanya saya yang dia punya. Apalagi, hasil pemeriksaan anak saya terbukti negatif HIV. Saat itu saya bertekad ingin melihat masa depan anak saya yang panjang," kenang Hages.

Untungnya, upaya dia untuk bangkit mendapatkan dukungan dari keluarga. Bagi dia, dukungan keluarga sangat penting. Namun, berhasil tidaknya seseorang untuk bangkit, balik lagi ke individu masing-masing.

"Alhamdulillah kalau dari keluarga semua mendukung karena mereka berpikir bahwa saya adalah korban, jadi mereka berpikir bahwa kalau bukan mereka yang mendukung lalu siapa lagi. Tapi memang kembali lagi ke diri kita apakah kita mau move on apa tidak. Karena percuma kalau kita didukung penuh oleh siapapun tapi kalau dari diri kita sendiri kita tidak mau berubah, itu akan sulit," kata wanita berambut panjang ini.

 


Menjalani pengobatan

Sayangnya, meski sudah didiagnosis positif HIV sejak 2006, Hages baru menjalani pengobatan empat tahun kemudian. Hages mengatakan, pada 2010, dirinya didiagnosis AIDS stadium 3. Saat itu, dia mulai menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ARV). Sebelumnya, Hages tidak menjalani pengobatan ARV, karena pada 2006, tingkat sel kekebalan tubuh atau CD4 Hages belum berada di bawah 200.

"Waktu itu ketentuannya, kalau CD4 belum di bawah 200, belum boleh minum ARV. Ketentuan itu diubah pada 2010, di mana CD4 di bawah 500 sudah boleh minum ARV," kata dia.

Menurut Hages, minum obat dan memiliki semangat itu sangatlah penting. Hal ini untuk menjaga kondisi tubuh agar tidak mengalami kondisi badan yang menurun drastis seperti dirinya.

"Kenapa ARV itu penting, maksudnya biar virusnya terkontrol. Kalau kayak saya 2006 hingga 2010 enggak minum obat, saya drop karena virusnya enggak ada yang kontrol," kata wanita beranak tiga ini.

Lebih lanjut dia mengatakan, selain obat, semangat hudup juga dibutuhkan agar tidak stres dan sel kekebalan tubuh dapat dikontrol.

"Selain minum obat, ODHA juga harus punya alasan bertahan hidup, karena kalau tidak punya alasan dia enggak akan survive," kata wanita yang menjadikan anak-anaknya sebagai penyemangat dalam hidup.

Kini, Hages mengaku dirinya sudah dalam keadaan pulih. Ia menjalani hidup seperti orang biasa, meskipun harus tetap minum obat dan mengecek kesehatan secara rutin.

"Meskipun stadium AIDS itu tidak bisa turun, tapi Alhamdulillah sekarang kondisi saya sudah pulih, tidak ada penyakit penyerta kembali," kata dia.

 

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya