Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kematian saudara tiri penguasa Korea Utara, Kim Jong-nam masih terus menyisakan misteri.
Pengadilan yang digelar maraton mendudukkan dua perempuan asal Vietnam dan Indonesia sebagai terdakwa. Namun, sekian lama persidangan digelar, titik cerah belum didapatkan.
Namun, baru-baru sejumlah laporan mengabarkan, dalam tas yang dibawa Kim Jong-nam pada hari ia dibunuh, terdapat sejumlah botol anti-penangkal racun, termasuk menangkal zat kimia pelumpuh syaraf VX nerve agent.
Dikutip dari BBC pada Jumat (1/12/2017), Kim Jong-nam tewas pada Februari lalu di Bandara Udara Kuala Lumpur. Kakak tiri Kim Jong-nam itu dibunuh dengan racun VX yang diusapkan ke wajahnya.
Di tengah proses investigasi, penyidik menemukan 12 botol, termasuk yang berisi Atropine yang biasa digunakan sebagai penangkal VX
Botol-botol itu ditemukan di tas punggung Kim Jong-nam yang ia bawa ketika dia dibunuh.
Baca Juga
Advertisement
Menurut koran The Star, seorang dokter mengatakan kepada Pengadilan Tinggi Malaysia, penangkal racun itu diberikan kepadanya oleh polisi untuk dicek.
"Saya menerima barang-barang itu termasuk tujuh barang bukti lainnya dari polisi yang menyerahkan kepada saya pada 10 Maret 2017 untuk tes toksikologi," kata dokter itu dalam persidangan.
Analis independen mengungkapkan, keberadaan botol itu diduga karena Kim Jong-nam tahu ia menjadi target pembunuhan.
Sementara itu, dua wanita Vietnam dan Indonesia, yang diduga sebagai pelaku pembunuhan Kim Jong-nam, di depan pengadilan mengatakan bahwa mereka tak bersalah.
Doan Thi Huong, 29 tahun dan Siti Aisyah, 25 tahun, dituduh mengusapkan racun ke wajah Kim Jong-nam pada 13 Februari 2017.
Keduanya mengatakan, mereka ditipu dan berpikir aksinya dilakukan untuk sebuah acara televisi. Jika terbukti bersalah, dua perempuan itu terancam hukuman gantung.
Rekaman CCTV dari ruang keberangkatan bandara menunjukkan dua wanita mendekati Kim sebelum mengusapkan sesuatu di wajahnya.
Pyongyang membantah terlibat dalam pembunuhan tersebut. Namun, di pengadilan, jaksa mengatakan empat orang Korea Utara terlibat.
Kim Jong-nam suatu ketika pernah dipersiapkan untuk menjadi penguasa Korut, menggantikan Kim Jong-il.
Namun, ia kemudian tersingkir dan tinggal di pengasingan di China. Sementara, adiknya Kim Jong-un naik takhta menyusul kematian sang ayah pada 2011.
Upaya pembunuhan lain pernah dilakukan untuk menghabisi Kim Jong-nam, sebelum kematiannya pada Senin 13 Februari 2017.
Pengeras Suara Sebarkan Kabar Kematian Kim Jong-nam ke Korut
Warga Korut diduga tak tahu-menahu soal kabar duka yang menimpa anak sulung Kim Jong-il tersebut.
Rezim Pyongyang menutup akses warganya ke dunia luar. Media Korut pun terus bungkam terkait kasus kematian Kim Jong-nam -- hingga akhirnya merilis kecaman pedas terhadap penyelidikan pihak Malaysia, tanpa mengidentifikasi Jong-nam sebagai korban.
Namun, Korea Selatan punya cara untuk menyebarkan kabar tersebut. Menggunakan pengera suara atau loudspeaker, mereka mengumumkan pembunuhan dramatis saudara tiri Kim Jong-un.
Seperti dikutip dari Channel News Asia, pada Februari 2017 lalu, suara dari pengeras suara mengumumkan rincian kematian Kim Jong-nam -- yang pernah digadang-gadang menjadi pewaris kekuasaan rezim Kim.
"Kim Jong-nam tewas setelah diserang dua perempuan di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia," demikian pengumuman yang disampaikan lewat pengeras suara.
"Aparat Malaysia mengatakan, empat tersangka adalah warga Korut, satu di antaranya telah ditahan."
Berita dari dunia luar sangat dibatasi dan disensor di Korut di bawah kekuasaan keluarga Kim yang telah memerintah selama beberapa dekade dengan tangan besi dan menanamkan kultus kepemimpinan.
Lusinan pengeras suara digunakan militer Korea Selatan selama bertahun-tahun untuk menyebarkan berita dunia, pesan propaganda tandingan, dan bahkan lagu-lagu K-Pop ke seberang perbatasan.
Targetnya adalah para serdadu Korut yang menjaga area perbatasan atau warga yang kebetulan ada di dekat tapal batas. Masing-masing pengeras suara bisa menjangkau radius 10 kilometer.
Apa yang dilakukan Korsel sungguh dibenci pihak Utara -- yang pernah melontarkan ancaman bakal meledakkan pengeras suara itu.
Korut juga dilaporkan memasang pengeras suara tandingan di wilayah perbatasan, untuk meredam propaganda yang dilancarkan pihak Selatan.
Advertisement