Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan energi akan terus meningkat seiring bertumbuhnya ekonomi Indonesia. Berbagai langkah strategis pun telah dilakukan pemerintah untuk menjamin ketersediaan energi nasional, salah satunya adalah dengan mendorong secara masif pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT).
"Pemerintah mendorong penggunaan energi terbarukan untuk ketahanan energi nasional. Saat ini sedang dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap dengan kapasitas 75 MW dan diharapkan Commercial Operation Date (COD/beroperasi secara komersial) pada awal 2018," ungkap Menteri ESDM, Ignasius Jonan dalam keterangan tertulis, Jumat (1/12/2017).
Jonan memaparkan, selain Sidrap, ada beberapa proyek EBT yang sedang dilaksanakan, yaitu PLTB Jeneponto, di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 65 MW dan PLTB Tanah Baru di Kalimantan Selatan. Pengembangan EBT ini dimaksudkan agar tarif listrik berbasis EBT akan lebih murah dan kompetitif.
Baca Juga
Advertisement
Harga jual listrik PLTB Sidrap adalah 11,4 cent US$/kWh, dan sekarang dipersiapkan PLTB Sidrap Tahap II, kapasitas 50MW, dengan harga jual ke PLN yang jauh lebih murah, sekitar 6 cent/kWh.
Lebih lanjut, Jonan menyampaikan untuk PLT Arus Laut, proyek berkapasitas 20MW akan dikembangkan di Larantuka dengan harga jual listrik dari pengembang ke PT PLN sebesar 7,19 cent/kWh. Sangat kompetitif dibandingkan pembangkit listrik dari sumber energi primer lainnya.
"Saya percaya ke depannya EBT akan kompetitif apabila dibandingkan energi fosil, mungkin belum sekarang, tetapi secepatnya di masa depan akan terwujud," tegas Jonan.
Pengembangan EBT akan mengoptimalkan sumber daya alam setempat dengan cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan energi berkelanjutan.
Selain pemanfaatan EBT, upaya menerangi lebih dari 2.500 desa yang berada di daerah perbatasan, terisolir dan terluar juga menjadi prioritas. Pemerintah memberikan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) sehingga rasio elektrifikasi akan meningkat.
Lebih lanjut Jonan mengungkapkan, Kementerian ESDM juga mendorong penggunaan listrik, baik yang berasal dari energi fosil maupun energi baru terbarukan untuk transportasi maupun perlengkapan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan kendaraan listrik yang ramah lingkungan serta ekonomis akan menjadi pilihan kendaraan di masa depan. Demikian juga dengan penggunaan kompor listrik, dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor Liquiefied Petroleum Gas (LPG).
"Dengan kompor listrik, mengurangi ketergantungan impor, saat ini kebutuhan LPG 6,5 juta ton per tahun, dan 4,5 juta ton per tahun itu impor. Dengan kompor listrik, lebih murah, bersih dan cepat," tutur Jonan. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Energi Bersih Jadi Salah Satu Fokus Kelistrikan di RI
Sebelumnya Pemerintah terus mengembangkan penggunaan energi bersih pada sektor kelistrikan. Hal ini untuk mengejar target pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), dalam bauran energi Indonesia sebesar 23 persen pada 2025.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengungkapkan, selain ketersediaan kapasitas, pemerataan, dan tarif yang terjangkau, pemerintah juga fokus untuk mendorong pemanfaatan energi bersih untuk kelistrikan.
"Untuk kelistrikan, pemerintah fokus pada tiga hal. Satu adalah ketersediaan kapasitas, kedua pemerataan distribusi atau biasa disebut electrification ratio yang merata, dan ketiga tarifnya terjangkau. Pemerintah juga sepakat yang keempat adalah clean energy (energi bersih)," kata dia di Jakarta, Jumat 24 November 2017.
Dalam pengembangan energi terbarukan pada kelistrikan, sejak awal 2017 hingga saat ini, telah ditandatangani kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agrement/PPA) sebesar 1.186 Megawatt (MW) yang energi primernya bersumber dari EBT. Hingga akhir tahun, kapasitasnya diharapkan mencapai 1.500 MW.
"Banyak yang kasih masukan ke saya, tapi faktanya dari Januari sampai November, IPP (Independent Power Producer/perusahaan pengembang listrik swasta) energi terbarukan yang ditandatangani dengan PLN itu 1.186 MW, ini banyak sekali. Mudah-mudahan sampai penutupan tahun bisa kira-kira mencapai 1.500 MW dan kita dukung terus," ungkap dia.
Advertisement