Ketika Pos Pengamatan Gunung Agung Berubah Jadi Ruang Kuliah

Petugas PVMBG dengan telaten memberikan informasi tentang gunung api, terutama Gunung Agung. Bahkan, ada jam khusus untuk kuliah dadakan.

oleh Dewi Divianta diperbarui 02 Des 2017, 11:03 WIB
Devy Kamil, Petugas PVMBG memberikan kuliah dadakan setiap hari kepada awak media (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar Pos Pengamatan Gunung Agung berada di Desa Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Arsitektur bangunannya tidak terlalu istimewa, malah cenderung biasa. Ada dua bangunan yang saling terhubung. Satu bangunan lantai dua menghadap tepat ke Gunung Agung. Satu bangunan lainnya terhubung di sisi kiri.

Biasanya, bangunan berlantai dua digunakan untuk mengamati secara visual kondisi gunung tertinggi di Bali itu. Sementara, bangunan di sisi kiri digunakan untuk melakukan pengamatan melalui alat-alat penelitian Gunung Agung yang terhubung ke layar komputer, pengamatan kamera CCTV dan perekaman seismograf yang terpasang di sekitar gunung setinggi 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.

Di sana, para petugas dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) mengamati perkembangan aktivitas Gunung Agung dan menganalisisnya.

Sebelum aktivitasnya meningkat, saban hari hanya petugas dari PVMBG yang berada di tempat tersebut. Tapi, semenjak status Gunung Agung beranjak naik level dari Waspada, Siaga lalu ke Awas, pos pengamatan Gunung Agung mendadak ramai didatangi awak media dan warga.

Baik warga maupun awak media selalu meng-update informasi terkini aktivitas gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem tersebut.

Awak media yang kebanyakan berdomisili di Denpasar butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai di Pos Pengamatan Gunung Agung tersebut. Petugas PVMBG dengan sabar meladeni puluhan wartawan yang datang untuk keperluan wawancara.

Suasana pos yang selalu ramai didatangi oleh wartawan tak membuat petugas PVMBG lelah menerima tawaran wawancara atau sekadar menyampaikan informasi kepada warga.

Tak hanya satu atau dua warga yang tanya tentang Gunung Agung. Silih berganti warga khususnya dari Kabupaten Karangasem bertanya hal yang sama. Tanpa lelah petugas mengulangi jawaban yang sama dengan warga berbeda. Hal itu terjadi hingga dua bulan sejak Gunung Agung begeliat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kuliah PVMBG

Kuliah PVMBG

Tapi, ada hal menarik yang terjadi di pos pengamatan Gunung Agung. Pos pengamatan tersebut berubah menjadi universitas dadakan untuk para awak media.

Pasalnya, selain memberikan informasi sebagai narasumber, para petugas PVMBG itu tak segan membagikan ilmu dan pemahaman tentang kegunungapian. Bahkan, ada jam tertentu untuk jadwal kuliah ekstra untuk para awak media.

Biasanya, Devy Kamil Syahbana yang rajin memberikan "kuliah" mengenai gunung api.

Kegiatan "perkuliahan" tersebut sudah hampir menjadi rutinitas awak media dan petugas PVMBG. Dari mulai mempelajari tentang karakter gunung di berbagai tempat di Indonesia, pengertian tremor, jenis-jenis letusan gunung api, hingga perbandingan gunung api di dunia.

Dengan sedikit banyolan, Alfani Syukri salah satu jurnalis televisi di Tanah Air berujar, "Ayo, jam masuk kuliah dimulai. Ini mata pelajarannya 2 SKS," katanya mengundang tawa.

Banyolan itu kemudian ditimpali oleh Raiza Andini, jurnalis salah satu media online di Indonesia. "Ayo, yang telat nanti enggak wisuda-wisuda, lho," katanya.

Sementara, Devy Kamil Syahbana menjelaskan dengan detail setiap pertanyaan yang diajukan sejumlah jurnalis. Dengan analogi sederhana ia memudahkan penjelasan seputar gunung api hingga mudah dicerna dengan bahasa yang ringan.

Suasana seperti keluarga benar-benar terjalin di sini. Awak media begitu menikmati masa-masa menjadi mahasiswa dadakan ala Universitas PVMBG.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya