Liputan6.com, Washington, DC - Mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Michael Flynn, mengaku bersalah karena telah membuat pernyataan palsu kepada FBI tentang pertemuan dengan para Duta Besar Rusia untuk AS, sebelum Donald Trump menjadi presiden.
Menurut dokumen pengadilan, Flynn telah menghubungi pihak Rusia atas desakan dua pejabat transisi teratas. Menurut tiga sumber yang dekat dengan kasus tersebut, mengatakan bahwa salah satu pejabat yang dirujuk dalam dokumen tersebut adalah Jared Kushner.
Jared Kushner adalah menantu Presiden Donald Trump yang juga menjabat sebagai penasihat senior Gedung Putih.
Seorang sumber yang dekat dengan Gedung Putih mengatakan, pemerintahan Trump 'sangat terkejut' oleh pengakuan Flynn.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (2/12/2017), sebuah dokumen dua halaman yang diajukan pada 30 November 2017, mencantumkan dua pernyataan palsu Flynn soal interaksinya dengan Duta Besar Rusia Sergey Kislyak pada akhir Desember 2019.
Baca Juga
Advertisement
Dalam dokumen itu, Flynn mengaku telah berbohong bahwa ia tak meminta Kislyak untuk menahan diri dari meningkatnya situasi sebagai tanggapan atas sanksi yang diberlakukan AS terhadap Rusia. Hal itu dilakukan Flynn pada 29 Desember 2016.
Sebelum menghubungi Kislyak, Flynn memanggil seorang pejabat senior tim transisi kepresidenan bersama anggota senior tim lainnya di resor Mar-a-Lago milik Trump di Florida. Di sana mereka mendiskusikan apa yang harus dikatakan kepada Duta Besar Rusia mengenai sanksi tersebut.
Setelah bertemu Kislyak, Flynn berbicara dengan anggota tim transisi yang tak diidentifikasi namanya itu, termasuk membahas soal sanksi.
Menurut tuduhan penasihat khusus yang menyelidiki kasus keterlibatan Rusia dalam pilpres AS 2016, Flynn membuat pernyataan palsu terhadap FBI pada 24 Januari, dua hari setelah dia disumpah sebagai penasihat keamanan nasional.
Hal yang saat ini menjadi perhatian Gedung Putih adalah, Flynn yang merupakan penasihat Trump sepanjang kampanye, akan memberikan informasi yang bisa membahayakan presiden.
Terkait Rusia, Michael Flynn Mengundurkan Diri
Penasihat Keamanan Nasional Pemerintahan Donald Trump, Michael Flynn resmi mengundurkan diri pada pertengah Februari 2017. Ia meletakkan jabatan karena dituding melakukan komunikasi dengan Rusia.
Kepastian tersebut disampaikan oleh pernyataan resmi dari Gedung Putih.
Flynn menjadi sorotan tajam beberapa pekan ini. Ia dituding menjalin kontak dengan Dubes Rusia untuk membahas soal sanksi sebelum Donald Trump dilantik jadi presiden.
Dalam keterangannya Flynn mengatakan, perbicangannya tersebut telah banyak disalahartikan.
"Saya telah sengaja dijerumuskan dalam informasi tidak tepat dan lengkap yang telah disampaikan kepada Wakil Presiden terpilih dan terkait komunikasinya dengan Dubes Rusia," sebut Flynn seperti dimuat BBC.
Terkait kasus Flynn Departemen Kehakiman pun telah menyampaikan kekhawatirannya terkait pertemuan pria tersebut dengan Dubes Rusia untuk Amerika Serikat.
Flynn dituduh bersalah karena saat tidak menjabat apa-apa di pemerintahan, ia malah menjalin komunikasi dengan Rusia. Undang-undang Amerika Serikat melarang warga yang tak masuk dalam pemerintahan untuk menjalin kontak diplomatik dengan negara mana pun.
Tuduhan yang menimpa Flynn dinilai sangat pelik. Wakil Presiden AS Mike Pence secara terbuka sempat membela Flynn dan menyebut tuduhan tersebut tak benar.
Meski demikian, beberapa pejabat pemerintah dan politikus AS menunjukkan ketidaksetujuannya. Bahkan, politikus senior Partai Demokrat meminta agar Flynn dipecat.
Flynn yang merupakan purnawirawan dengan jabatan terakhir sebagai Letnan Jenderal ini selalu menampik semua tuduhan terkait pembicaraannya dengan Dubes Rusia untuk membahas masalah sanksi.
Advertisement