Liputan6.com, Semarang - Mobil hemat energi bukan khayalan, bahkan lahir dari obrolan. Jangan pernah menyepelekan obrolan. Bahkan obrolan yang sifatnya khayalan sekalipun. Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Semarang sukses mewujudkan obrolan khayali mereka, sebuah mobil hemat BBM.
Para mahasiswa yang hobi ngobrol ini kemudian membentuk tim bernama Pandawa. Obrolan yang awalnya hanya bersifat khayalan, pelan-pelan dimatangkan dengan mengusung isu Urban Concept.
Advertisement
Menurut Amry Wicaksana, salah satu anggota tim dan kreator mobil hemat energi Pendawa Urban Concept, mobil hemat energi itu sebenarnya merupakan produk seri ketiga yang dibuat tim Pandawa sejak dibentuk pada tahun 2014.
“Pandawa Urban Gasoline ini menggunakan mesin motor yang kita modifikasi dengan bahan bakar bensin di mana dengan 1 liter bensin dapat menempuh jarak sampai 230 km. Kurang lebih setara Jakarta-Semarang,” kata Amry Wicaksana kepada Liputan6.com, Sabtu (2/12/2017).
Amry menjelaskan bahwa mobil itu memanfaatkan teknologi fuel injection. Berbahan kuat dan ringan. Bahkan berat totalnya kurang dari satu kwintal, tepatnya 90 kilogram saja. Lalu obrolan khayalan seperti apa yang mereka lakukan sehingga bisa berbuah karya?
“Awalnya, ide pembuatan mobil ini tercetus dari omongan seorang teman kami di kamar kost sambil main game. Saat itu Pandawa sudah membuat dua mobil prototype, yaitu prototype listrik dan prototype gasoline. Dia mengutarakan keinginannya untuk membuat mobil urban yang belum Pandawa miliki,” kata Amry.
Obrolan berlanjut, satu per satu teman memberi tanggapan. Saling bantai ide untuk saling memperkuat terjadi. Obrolan berlanjut terus, tentu saja masih sambil bermain game dan minum kopi atau makan mie instan seadanya, khas anak kost.
Jenuh hanya mengobrol, mereka sepakat memulai riset. Dan Agustus 2017 dimulailah riset dan pembuatan mobil hemat energi Pandawa Urban Gasoline ini hingga oktober 2017. Riset itu langsung diwujudkan dalam pekerjaan. Hanya tiga bulan riset, desain, dan membuat, mobil itupun selesai. Pertama kali mobil itu ditampilkan di publik saat mengikuti di Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2017 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada awal November 2017.
Makan Di Hamparan Daun Pisang
Bukan hidup jika semuanya lancar dan baik-baik saja. Halangan atau sikap meragukan serta drama-drama menyertai pengerjaan mobil ini. Otong Wim Widyo Baskoro, salah satu anggota tim menuturkan, bahwa kendala terberat yang dihadapinya adalah ketika orang tua tak merestui. Otong sudah semester akhir, ia memiliki tanggungjawab atas seluruh beaya yang dikeluarkan orang tuanya untuk segera lulus. Ketika restu tak didapat, Otong sempat murung.
“Keinginan hati yang kuat, doa yang sungguh-sungguh, akhirnya meluluhkan hati orang tua. Saya tetap fokus skripsi dan akhirnya saya diijinkan ikut mengerjakan Pandawa Urban Gasoline, tentu dengan syarat sudah seminar proposal skripsi terlebih dahulu,” kata Otong.
Kebiasaan anak kost yang doyan begadang akhirnya disempurnakan anak-anak ini. Mereka harus memangkas jam tidur dan jam begadang untuk bersenang-senang. Karena pengerjaan mobil dimulai pada malam hari, sekitar jam 8 malam sampai subuh.
"Hahaha..kami makan harus patungan, apalagi kalau akhir bulan. Pernah juga hanya membeli nasi putih sangat banyak dan kering tempe (orek tempe). Teman lain memasak mie instan seadanya. Nah karena tak ada piring, makanan itu kita hamparkan diatas daun pisang. Makanlah kami bersama-sama," kata Otong.
Bukan hanya kisah sedih atau lucu yang dilalui bersama. Ada juga kepanikan dan merasa gagal. Itu pula proses yang mereka lalui. Melengkapi seluruh kisah agar utuh menjadi sebuah kisah.
“Ada kejadian yang benar-benar bikin panik. Di H-4 keberangkatan KMHE, tiba-tiba saat test drive terakhir, mobil ini malah mogok dan terpaksa harus turun mesin. Ditambah di waktu yang bersamaan kita mendapat kabar duka dari dari salah satu anggota keluarga teman kita,” kata Otong.
Berbagai kejadian, sedih, gembira, lucu, konyol sudah dilalui. Kisah menjadi utuh sebuah cerita ketika akhirnya tim Pandawa patut berbangga. Proyek mobil urban yang menghabiskan biaya Rp 40 juta, sukses masuk 10 besar. Tepatnya peringkat ke 9 dari 80 peserta di KMHE 2017.
Kini, Tim Pandawa terus menyempurnakan karyanya untuk bersiap turut serta dalam Shell Eco Marathon dan Driver World Champion pada Maret 2018 mendatang di Singapura. (Niken)
Advertisement