Sinar Api Gunung Agung Kembali Terlihat, Bertanda Apa?

Berdasarkan analisis data multiparameter bahwa hingga saat ini aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Des 2017, 06:20 WIB
Sinar merah yang terlihat di puncak kawah Gunung Agung, di Karangasem, Bali, Minggu (26/11). Sinar merah yang memancar dari dalam kawah itu bersumber pada lava yang berada di dalam kawah. (Liputan6.com/Andi Jatmiko)

Liputan6.com, Karangasem - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali melihat sinar api di kawah Gunung Agung. Menurut Kepala PVMBG Kasbani, kembali terlihatnya sinar api dimungkinkan terjadi karena adanya lava bertemperatur tinggi dalam kawah.

"Intensitas cahaya dari lava terpantul pada kolom asap menyebabkan fenomena sinar api ini teramati," ucap Kasbani di Karangasem, Bali, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (2/12/2017).

Kasbani menyimpulkan dalam fase erupsi ini, berdasarkan analisis data multiparameter bahwa hingga saat ini aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi.

Untuk itu, PVMBG meminta masyarakat atau pendaki agar tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu dalam radius 8 kilometer dan ditambah perluasan sektoral ke arah utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya sejauh 10 kilometer dari kawah Gunung Agung.

Kasbani juga menyatakan jalur magma Gunung Agung makin terbuka menuju permukaan kawah. Hal ini akibat aktivitas vulkanik yang masih tinggi dan berada dalam fase erupsi.

"Kegempaan masih didominasi dengan kemunculan gempa-gempa vulkanik dalam maupun dangkal," kata dia.

Dia menjelaskan terbukanya jalur magma tersebut terjadi sejak aktivitas kegempaan mencapai puncak pada periode September-Oktober 2017.

Meski saat ini jumlah kegempaan tidak sebanyak pada dua bulan periode tersebut, kata Kasbani, bukan berarti aktivitas vulkanik sudah mereda.


Temperatur Tinggi

Hingga saat ini, kata dia, tremor terus menerus dengan amplitudo melebihi batas kemampuan alat untuk merekam. Hal ini terjadi sejak 28 November 2017 yang mengindikasikan adanya intensitas aktivitas yang tinggi di dekat permukaan.

Selain itu, gempa-gempa frekuensi rendah beberapa kali terekam dan hal itu berkaitan dengan pergerakan fluida magmatik ke permukaan.

PVMBG juga merekam data satelit yang secara konsisten merekam titik panas pada 27-29 November 2017 dengan temperatur berkisar 286,6-298,8 derajat Celsius dengan daya maksimum mencapai 97 megawatt.

Kasbani menuturkan data satelit juga mengindikasikan erupsi efusif atau aliran lava ke permukaan masih terjadi di dalam kawah.

Erupsi efusif itu berimplikasi pada penambahan volume lava di dalam kawah dengan estimasi volume lava saat ini mencapai sekitar 20 juta meter kubik atau sepertiga dari volume total kawah.

Saksikan video di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya