Liputan6.com, Karo - Meski cuaca tengah tak bersahabat, keindahan alam Sumatera Utara selalu menarik hati untuk dijelajahi. Salah satunya, Air Terjun Sipiso-Piso yang terletak di Kabupaten Karo.
Seperti ditayangkan Destinasi dalam Liputan6 Siang SCTV, Sabtu (12/2/2017), butuh waktu 2,5 jam perjalanan udara dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Kualanamu Medan. Selanjutnya, perjalanan menuju Air Terjun Sipiso-Piso dilanjutkan dengan menggunakan mobil dengan memakan waktu sekitar empat jam.
Advertisement
Sebelum sampai ke lokasi, kita bisa merasakan suasana pegunungan yang sejuk. Kita juga bisa mengintip sedikit pemandangan Danau Toba dari dalam mobil.
Tak perlu merogoh kocek dalam-dalam karena tiket masuk ke tempat wisata Air Terjun Sipiso-Piso cukup murah. Hanya sekitar Rp 4 ribu per orang ditambah tiket masuk mobil Rp 10 ribu.
Setibanya di lokasi, kita akan disuguhkan keindahan air terjun yang jatuh dari ketinggian 120 meter serta hijauhnya pepohonan dan ladang milik warga sekitar. Satu kata yang terbersit ketika pertama melihat air terjun ini. Indah.
Sementara itu, Air Terjun Sipiso-Piso merupakan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia. Pengunjung pun harus berhati-hati karena ada banyak anak tangga yang harus dilalui dan jalur curam untuk turun menuju titik jatuhnya air.
Cipratan air terjun yang menerpa tubuh kita seakan menyapa dan mengucapkan selamat datang. Suara gemuruh air yang jatuh mengalir ke anak sungai juga terasa sangat menenangkan.
Dari Air Terjun Sipiso-Piso kita lanjut ke Pulau Samosir. Pulau vulkanik di tengah Danau Toba ini menyimpan beragam keindahan alam dan budaya Batak.
Kita bisa naik kapal ferry atau kapal wisata dari Pelabuhan Ajibata di Kota Paratat, Toba Samosir. Hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Pulau Samosir.
Di Pulau Samosir, kita bisa belajar budaya Batak yakni menari tortor atau manortot dari masyarakat setempat. Tarian purba dari Batak Toba yang diiringi musik gordang ini merupakan media berkomunikasi sebagai penghormatan kepada tamu.
Tari tortor pun biasanya diakhiri dengan memberi saweran kepada tuan rumah yang ditukar segenggam beras. Hal ini merupakan lambang kemakmuran.