Liputan6.com, Bengkulu - Provinsi Bengkulu saat ini tengah gencar mengembangkan potensi kopi untuk kebutuhan ekspor. Luasan kebun kopi milik masyarakat yang mencapai 90 ribu hektare merupakan modal yang sangat besar untuk mewujudkan wilayah ini sebagai salah satu daerah penghasil kopi berkualitas ekspor.
Sayangnya, potensi tersebut selama ini tidak pernah menghasilkan Pendapatan Asli Daerah atau PAD. Sebab kopi Bengkulu selalu dikirim ke luar negeri oleh para eksportir di luar Bengkulu seperti Jakarta dan Lampung.
Sekretaris Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Dedi Haryadi mengatakan, terlalu banyak pemain ekspor kopi dari luar yang masuk ke Bengkulu dengan sistem tengkulak. Para pengusaha lokal sering kewalahan karena tidak mampu bersaing secara modal dan fasilitas.
"Semua potensi kopi kita dikirim ke luar negeri, tetapi tidak mendatangkan PAD," tegas Dedi di Bengkulu Minggu 3 Desember 2017.
Baca Juga
Advertisement
Pemerintah daerah bersama DPRD seharusnya membuat sebuah regulasi supaya semua kopi Bengkulu bisa dikirim melalui Pelabuhan Pulau Baai yang diproyeksi sebagai pintu gerbang ekspor utama di pantai barat Indonesia. Tetapi juga harus menyiapkan sarana penunjang ekspor yang memiliki standar yang diakui dunia.
Pelaksana tugas Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengaku sedang menyiapkan strategi khusus supaya kopi Bengkulu bisa mendunia. Termasuk merangkul para pengusaha lokal untuk secara bersama sama berkonsentrasi mengembangkan potensi kopi sebagai salah satu penghasil PAD.
Target Bengkulu, pada tahun 2020 Festival Kopi DUnia akan gelar di sini.Namun pembenahan sistem, regulasi dan semua urusan yang berkaitan dengan potensi ini harus dilakukan secara cepat dan sistematis.
"2020 kita undang semua pemain kopi dunia kita undang kesini, tetapi semuanya harus siap," ujar Rohidin.
Saksikan tayangan video pilihan berikut ini:
900 Ribu Ton Kopi
Potensi kopi Bengkulu masih didominasi pola tanam tradisional, bahkan saat ini masih banyak terdapat tanaman kopi yang tumbuh liar di kawasan hutan lindung dan taman nasional. Delapan kabupaten penghasil utama kopi mayoritas menghasilkan kopi jenis Robusta dengan mengandalkan hasil panen dengan waktu terbatas.
Periode panen besar atau panen raya kopi Bengkulu ada di bulan April hingga September. Pada periode ini, tidak kurang dari 900 ribu ton mampu dihasilkan petani setiap bulan. Sisanya hanya mengandalkan buah antara atau buah sela menuju periode panen berikutnya.
Koordinator bidang pengawasan Komunitas Kopi Bengkulu Khairil Amin mengatakan, untuk menjamin ketersediaan pasokan kopi secara terus menerus, petani saat ini sudah mulai mengubah tanaman kopi tradisional. Jika selama ini mengandalkan tanaman konvensional, mereka sudah memulai untuk menanam kopi jenis stek.
Tujuannya supaya hasil panen kopi tidak tergantung musim dan bisa menghasilkan buah kopi secara periodik. Ini dilakukan untuk menjamin pasokan ke negara negara tujuan ekspor secara terus menerus.
"Jaminan ketersediaan pasokan ini yang dibutuhkan para importir," jelas Khairil.
Advertisement
Kawasan Industri Baru
Guna memperlancar arus lalu lintas barang terutama produk lokal yang berorientasi ekspor, PT Pelindo II sedang menyiapkan kawasan industri baru yang akan melayani para pengusaha termasuk kebutuhan ekspor kopi. Lahan seluas 700 hektare di sekitar pelabuhan akan disulap menjadi kawasan industri dan pergudangan yang akan dibangun mulai tahun 2018.
General Manager PT Pelindo Cabang Bengkulu Drajat Sulistyo mengatakan, mereka membuka peluang seluas luasnya kepada para pemain ekspor kopi untuk memanfaatkan fasilitas ini. Tidak hanya Bengkulu, beberapa wilayah penghasil kopi di Sumatra Selatan bagian barat, termasuk Jambi dan lampung juga akan diakomodasi.
"Jika memungkinkan kita akan medorong terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus di sekitar pelabuhan," tegas Drajat.
Pihaknya juga memastikan akan ada kapal khusus yang akan menyinggahi Bengkulu untuk mengambil kontainer berisi kopi secara berkala untuk dikirim ke negara negara tujuan ekspor melalui Singapura. Palayanan ini merupakan bagian dari komitmen mereka untuk mengembangkan perekonomian daerah secara maksimal.
Salah seorang pengusaha kopi Bengkulu Bebi Husi berencana membangun sistem pengolahan kopi dengan standar ekspor di pelabuhan Pulau Baai. Gudang pengolahan dan mesin pemilah atau sortir biji kopi yang juga mampu mengurangi kadar air akan ditempatkan di kawasan industri yang akan dibangun tersebut.
Pihaknya juga membuka diri bagi para petani dan pengusaha kecil untuk bersama sama memanfaatkan fasilitas tersebut. Sebab untuk menyediakan mesin quality control untuk kebutuhhan biji kopi berstandar ekpor tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
"Saya akan menyediakan mesin tersebut, ayo manfaatkan bersama sama, jika perlu kita bangun korporasi supaya Bengkulu dapat PAD dari kopi," tegas Bebi