Ini Alasan Paus Fransiskus Bungkam soal Rohingya Saat di Myanmar

Setelah seminggu dikecam tak sebut Rohingya saat di Myanmar, akhirnya Paus Fransiskus bersuara.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 03 Des 2017, 16:00 WIB
Paus Fransiskus memeluk seorang anak saat tiba di Bandara Internasional Yangon, Myanmar (27/11). Agenda utama kunjungan tersebut adalah untuk membahas krisis Rohingya dengan para pejabat Myanmar. (AFP Photo/Vincenzo Pinto)

Liputan6.com, Vatikan - Setelah seminggu dikecam karena tak sebut pengungsi Rohingya selama berada di Myanmar, Paus Fransiskus akhirnya bersuara. Pemimpin tertinggi Katolik itu menjelaskan keputusan kontroversialnya pada Sabtu 2 Desember 2017 terkait 'bungkam'nya dia.

Paus mengatakan, ia tidak mau mengambil risiko tertutupnya dialog tentang Rohingya di antara para pemimin dunia.

"Seandainya saya mengucapkan kata itu, saya ibaratnya membanting pintu, menutup dialog," kata Paus kepada wartawan dalam penerbangan kembali dari Bangladesh, seperti dikutip dari CNN pada Minggu (3/12/2017).

"Apa yang saya pikirkan tentang hal itu (Rohingya) adalah isu umum yang banyak diketaui," kata Paus Fransiskus, menambahkan bahwa dia selalu mendoakan Rohingya dalam berbagai kesempatan dari Vatikan.

Paus mengatakan, dalam pertemuan pribadi, dia merasa lebih banyak yang dibicarakan dibanding di depan publik.

"Saya tidak mendapat kesenangan apa pun jika harus membanting pintu di depan umum," kata Paus, "Tetapi saya sangat puas dengan dialog."

Sementara itu, Paus Fransiskus mencirikan pertemuan pribadinya dengan Jenderal Senior Myanmar Min Aung Hlaing -- panglima angkatan bersenjata Myanmar -- sebagai percakapan yang baik, mencatat secara khusus apa diminta oleh jenderal senior.

"Saya tidak menegosiasikan kebenaran," ucap Paus. "Saya memastikan dia mengerti bahwa cara lama tidak berjalan saat ini. Dia menerima pesan itu," tutup Paus Fransiskus.


Sebut Rohingya Saat di Bangladesh

Paus sendiri akhirnya menyebut 'Rohingya' dalam perjalanannya kali ini. Meski demikian, ia berkata kala kunjungan selanjutnya, yakni ke Bangladesh.

Paus Fransiskus mengucapkannya saat menerima 16 pengungsi Rohingya dalam pertemuan antar-agama pada Jumat, 1 Desember 2017.

"Hari ini kehadiran Tuhan ada di dalam diri warga Rohingya," ujar Paus Fransiskus, seperti dikutip dari BBC.

Sementara itu, dalam sebuah pidato spontan, Paus membahas soal permintaan maaf.

"Atas nama semua orang yang telah menganiaya Anda, menyakiti Anda, saya meminta maaf," ujar Paus Fransiskus kepada para pengungsi.

"Saya meminta kelapangan hati untuk memberi kami pengampunan yang kami mohon," imbuh dia.

Paus Fransiskus mengatakan, dia bertemu dengan Rohingya dalam perjalanan kali ini. Namun secara logistik tidak mungkin mengunjungi kamp-kamp pengungsian, meskipun dia sangat menginginkannya.

Paus mengatakan, pada awalnya dia merasa terganggu karena orang-orang Rohingya tidak diperlakukan dengan baik oleh beberapa penyelenggara.

Para pengungsi Rohingya di Bangladesh itu disuruh antre dalam satu barus dan diminta bergerak cepat saat bertemu dengna Paus.

"Saya bahkan berteriak sedikit," kata Paus. "Hormati mereka! Hormat!"

Mendengarkan cerita mereka satu per satu, Paus mengatakan, dia merasa tergerak untuk membuat beberapa komentar spontan.

"Saya tidak tahu apa yang saya katakan, tapi saya tahu pada suatu saat saya akan meminta pengampunan," kata Paus.

"Saya menangis," ujar Paus. "Saya mencoba menyembunyikannya, mereka juga menangis."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya