Liputan6.com, Postdam - Polisi tengah menginvestigasi paket misterius berisi bom di sebuah pasar Natal di Jerman. Barang itu ditemukan pada Jumat malam. Namun, demikian, menurut pihak keamanan, bahan peledak itu bukanlah bagian dari aksi teroris, melainkan untuk mengancam perusahaan logistik, DHL.
Bom berisi paku dikemas berbentuk parsel dikirim ke sebuah apotik di Postdam. Penerima paket curiga dengan 'hadiah' itu dan memanggil polisi Jerman.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari BBC pada Senin (4/12/2017), polisi langsung ke lokasi dan memindai paket itu. Isinya penuh dengan bahan-bahan peledak namun tak ada detonatornya.
Setelah memindai kode QR di paket, polisi temukan bahwa pengirim meminta jutaan dolar kepada DHL.
"Kabar baiknya, dan ini cukup melegakan, paket itu tak ditargetkan kepada pasar Natal," kata Menteri Dalam Negeri untuk negara bagian Brandenburg, Karl-Heinz Schroter.
Namun, Schroter dan polisi mewanti-wanti agar orang-orang tetap waspada. Pihak keamanan mengatakan, paket sejenis ditemukan di kantor pialang saham di Frankfurt.
Jerman kini makin memperketat kewaspadaan teror. Hal ini dilakukan mengingat pada tahun lalu 12 orang tewas dalam serangan teror yang dilakukan antek ISIS ke sebuah pasar natal di Berlin.
Pihak keamanan Jerman meminta masyarakat untuk segera memanggil polisi jika menemukan paket misterius.
Serangan Truk di Pasar Natal Jerman 2016
Menjelang natal 2016, di mana warga Berlin biasa bepergian mengunjungi pasar natal di Breitscheidplatz, sebuah truk dengan sengaja melaju ke arah kerumunan orang.
Setidaknya, 12 orang dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Pelaku serangan teror truk maut Berlin di pasar Natal Breitscheidplatz, Anis Amri telah ditembak mati oleh polisi di Milan.
Pejabat Jerman telah mengonfirmasi sidik jari Amri dari temuan di dalam teror truk maut pada Senin 19 Desember 2016 malam. Menurut kantor berita Italia, Ansa, Anis Amri melakukan perjalanan dengan kereta api dari Prancis ke Turin, Italia kemudian menumpang sepur lain ke Milan.
Amri, seorang warga Tunisia nasional berusia 24 tahun itu sebelumnya pernah dipenjara di Italia akibat kasus vandalisme, mengancam dan pencurian pada 2011. Dia dikenal pihak berwenang Italia kerap berperilaku kasar selama dibui.
Setelah dibebaskan, ia diminta untuk meninggalkan negara itu. Amri tiba di Jerman di mana ia meminta suaka pada bulan April tahun 2016.
Dia ditetapkan sebagai tersangka dalam serangan Berlin oleh jaksa federal Jerman, dan sayembara perburuannya dibanderol hingga 100.000 euro.
Advertisement