Dihantam Roket, Kedutaan Iran di Yaman Terbakar

Konflik bersenjata melibatkan kelompok Houthi versus pasukan pro eks Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 04 Des 2017, 12:30 WIB
Asap membumbung yang bersumber dari Kedutaan Iran di Yaman yang berkedudukan di Sana'a. Kebakaraan diduga dipicu oleh pertempuran antara kelompok Houthi dan kelompok pro eks-Presiden Ali Abdullah Saleh (4/12/2017)

Liputan6.com, Sana'a - Api melalap Kedutaan Iran di Yaman yang berkedudukan di ibu kota Sana'a dalam sebuah pertempuran bersenjata. Kebakaran terjadi pada Minggu 3 Desember 2017 malam waktu setempat.

Pertempuran itu melibatkan kelompok Houthi melawan pasukan pro-Presiden Yaman yang telah digulingkan, Ali Abdullah Saleh.

Hujan peluru dan bombardir yang datang dari kedua belah pihak memicu kebakaran di Kedutaan Iran di kompleks diplomatik Hadaa, Sana'a, tak jauh dari lokasi pertempuran. Demikian seperti dikutip dari media pemerintha China, Xinhuanet.com, Senin (4/12/2017).

Sedangkan dikutip dari Euronews.com, kebakaran terjadi usai sebuah roket menghantam gedung Kedutaan Iran.

Hingga kini, belum diketahui pasti siapa yang bertanggung jawab atas penyebab kebakaran Kedutaan Iran di Yaman itu.

Sepanjang pertempuran, sekitar 20 staf Kedutaan Iran di Sana'a terpaksa berlindung di dalam gedung, khawatir tersambar timah panas dari para kelompok yang berkonflik.

Sementara itu, di sepanjang jalan menuju kompleks diplomatik Hadaa, terlihat sekitar 100 jasad korban pertempuran yang bergelimpangan, dilasir dari Xinhuanet melaporkan.

Seorang petinggi Houthi yang mengendalikan Kementerian Dalam Negeri Yaman mengatakan, setidaknya jumlah korban dari kedua pihak yang bertempur mencapai sekitar 200 orang dan masih banyak lagi yang terluka.


Koalisi Houthi Mengalami Perpecahan

Sejak Sabtu akhir pekan lalu, pasukan pro eks Presiden Ali Abdullah Saleh mendapat gempuran dari kelompok Houthi. Padahal sebelumnya, kedua kelompok itu merupakan koalisi.

Pertempuran itu dipicu akibat perpecahan internal kelompok -- yang secara kolektif disebut sebagai Supreme Political Council -- tersebut.

Perpecahan dimulai setelah eks Presiden Saleh mengumumkan berniat untuk melakukan dialog kompromi dengan kelompok pro Abdrabbuh Mansur Hadi yang didukung Arab Saudi.

Kelompok pro-Hadi merupakan lawan dari Supreme Political Council dalam Perang Saudara Yaman yang telah berkecamuk sejak 2014.

Menanggapi rencana kompromi itu, pemimpin Houthi, Abdul Malek Al Houthi menuduh eks Presiden Saleh telah mengkhianati komitmen bersama Houthi untuk memerangi koalisi Hadi - Saudi.

Adapun koalisi sangat menyambut baik niat eks Presiden Saleh untuk melakukan dialog kompromi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya