Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi inflasi November 2017 sebesar 0,20 persen. Penyebab utama dorongan inflasi karena adanya kenaikan harga bahan makanan dan makanan jadi serta rokok pada bulan kesebelas ini.
"Inflasi November ini sebesar 0,20 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto, atau yang akrab disapa Kecuk, saat Pengumuman Inflasi November 2017 di kantornya, Jakarta, Senin (4/12/2017).
Baca Juga
Advertisement
Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding capaian inflasi Oktober 2017 yang sebesar 0,01 persen. Namun demikian, inflasi November ini lebih rendah dibanding periode yang sama sejak 2014.
Tercatat inflasi di November 2014 sebesar 1,50 persen, November 2015 terjadi inflasi 0,21 persen, dan inflasi November 2016 sebesar 0,47 persen.
Adapun inflasi 0,20 persen di November 2017, menurut kelompok pengeluaran, paling besar dikontribusi dari kelompok bahan makanan dengan inflasi 0,37 persen dengan andil inflasi 0,09 persen.
Kecuk menambahkan, beberapa komoditas bahan makanan yang memberikan sumbangan inflasi cukup besar adalah cabai merah 0,06 persen, beras 0,03 persen dengan bobot 3,75 persen, bawang merah andilnya 0,02 persen, daging ayam ras, ikan segar, dan telur ayam ras masing-masing memberi andil 0,01 persen.
"Jadi kalau dilihat kenaikan harga cabai merah dan bawang merah lebih karena pengaruh hujan yang tinggi," dia menjelaskan.
Sementara itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat inflasi 0,22 persen, dan andil 0,04 persen. Ada dua komoditas utama yang memberi andil besar terhadap inflasi di kelompok ini, yakni kenaikan harga mi instan dan rokok filter masing-masing 0,01 persen.
Lebih jauh Kecuk menuturkan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,13 persen dan andil inflasinya 0,03 persen. Inflasi di kelompok kesehatan 0,27 persen dengan andil 0,01 persen, kelompok sandang 0,12 persen dan andil 0,01 persen.
Sementara di kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga inflasi 0,10 persen dengan andil 0,01 persen, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan inflasi 0,09 persen dan andil inflasi 0,01 persen karena ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax di 76 kota.
"Dengan angka ini, inflasi pada Desember 2017 tetap terkendali. Pemerintah sudah berupaya menjaga inflasi Desember tetap rendah sehingga bisa memenuhi target yang ditetapkan (4,3 persen)," tandas Kecuk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Inflasi November 0,22 Persen, IHSG Naik 56,57 Poin
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau selama sesi pertama perdagangan saham pada awal pekan ini. Penguatan IHSG di tengah rilis data inflasi pada November 2017.
Berdasarkan data RTI pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (4/11/2017), IHSG naik 56,57 poin atau 0,95 persen ke posisi 6.008,71. Indeks saham LQ45 menguat 1,78 persen ke posisi 1.009,81. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.022,59 dan terendah 5.994,34. Ada sebanyak 123 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. 177 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 117 saham lainnya diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 254.783 klai dengan volume perdagangan 10,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,6 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 252,59 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.519.
Baca Juga
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau. Sektor saham aneka industri naik 2,84 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham barang konsumsi mendaki 2,42 persen dan sektor saham manufaktur menanjak 1,86 persen.
Sektor saham perdagangan melemah 0,98 persen, sektor saham industri dasar susut 0,63 persen, dan sektor saham konstruksi melemah 0,52 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham TRAM naik 8,28 persen ke posisi Rp 157 per saham, saham HMSP menguat 5,12 persen ke posisi Rp 4.310 per saham, dan saham ADRO melonjak 4,41 persen ke posisi Rp 1.775 per saham.
Saham-saham yang membukukan top losers antara lain saham AISA turun 10,16 persen ke posisi Rp 575 per saham, saham LPKR tergelincir 6,96 persen ke posisi Rp 535 per saham, dan saham SIMA merosot 5,96 persen ke posisi Rp 284 per saham.
Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,62 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,64 persen, indeks saham Shanghai menanjak 0,13 persen, dan indeks saham Taiwan mendaki 0,43 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,42 persen dan indeks saham Singapura tergelincir 0,29 persen.
Penguatan IHSG ini di tengah rilis data inflasi November 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi November 2017 sebesar 0,20 persen. Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,87 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,30 persen.
Advertisement