Liputan6.com, Yogyakarta - Satu peleton polisi cilik beraksi lewat beragam formasi di acara Gebyar Anak Bangsa Membangun Budaya Tertib Berlalu Lintas Sejak Usia Dini di GOR Amongrogo Yogyakarta, Senin (4/12/2017).
Puluhan siswa SD Muhammadiyah Wirobrajan itu tidak hanya menampilkan atraksi baris berbaris, tetapi juga berjoget dengan diiringi lagu daerah Maumere berjudul "Gemu Fa Mi Re".
Salah satu yang menarik perhatian dari barisan itu adalah keberadaan komandan peleton yang tubuhnya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan siswa lain yang dipimpinnya. Polisi cilik itu memberi aba-aba kepada pasukannya dengan suara lantang.
Sudah sembilan kali Gozal Akbar (11) didapuk menjadi komandan peleton polisi cilik di sekolahnya. Untuk penampilan kali ini, mereka berlatih selama dua bulan.
Baca Juga
Advertisement
Menjadi polisi cilik bukan hal luar biasa bagi siswa yang duduk di bangku kelas V SD itu. Ia tidak pernah berurusan secara hukum dengan polisi lalu lintas, tidak pernah ditilang, dan tidak takut dengan polisi kalau bertemu di jalan.
Meskipun mendapat predikat polisi cilik di sekolah, Gozal justru tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang polisi saat dewasa.
"Ingin masuk TNI AL," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut:
Sosialisasi Lewat Lomba Mewarnai dan Sosiodrama
Gozal merupakan satu dari 2.500 siswa TK dan SD yang mengikuti kegiatan ini. Mereka datang untuk mengenal polisi lebih dekat dan mempelajari aturan soal berlalu lintas. Mereka mengikuti dua lomba besar yang diadakan oleh Ditlantas Polda DIY, yakni mewarnai dan sosiodrama.
Kasubdit Yaksa Polda DIY AKBP Sulasmi mengatakan kegiatan ini dilakukan sesuai dengan tema besar Tahun Keselamatan untuk Kemanusiaan 2017-2018. Lomba mewarnai dan sosiodrama dipilih sebagai sarana sosialisasi dan edukasi tertib berlalu lintas karena mudah diingat oleh anak-anak.
"Tema drama soal keselamatan anak di jalan yang bisa dikembangkan lewat cerita perjalanan mereka saat pulang dan berangkat sekolah, seperti memakai helm saat membonceng kendaraan bermotor," ujarnya.
Sulasmi menuturkan anak yang mengikuti sosiodrama bisa mudah hafal aturan lalu lintas dan mengingatkan orangtua masing-masing saat berkendara di jalan raya.
Advertisement
Angka Kecelakaan Lalu Lintas di DIY
Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri mengungkapkan, sepanjang tahun 2017 terjadi lebih dari 3.000 kecelakaan lalu lintas di DIY dengan korban meninggal dunia sia-sia sebanyak 300-an orang.
World Health Organization (WHO) juga mencatat kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian kelima terbesar di dunia selain penyakit tidak menular, seperti jantung, liver, dan sebagainya.
"Lewat acara ini kami ingin mengenalkan budaya tertib berlalu lintas sejak dini," kata Ahmad Dofiri.
Ia menilai acara semacam ini penting supaya anak-anak juga merasa dekat dengan polisi dan tidak takut karena mereka sudah tertib berlalu lintas.
Terlebih, DIY menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang memiliki Pergub Nomor 54 Tahun 2011 tentang Etika Berlalu Lintas. Aturan itu juga sudah terintegrasi dengan kurikulum pendidikan di sekolah.
"Tertib lalu lintas bisa menjadi budaya dan kebutuhan anak-anak sejak dini sehingga angka kecelakaan pun bisa ditekan," ucapnya.