Liputan6.com, Mojokerto - Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu diperingati dengan meriah oleh warga Mojokerto, Jawa Timur. Berbagai tradisi dan budaya dipadukan untuk merayakan Maulid Nabi itu.
Di Dusun Mengelo, Desa Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, misalnya. Ribuan warga tampak antusias menggelar tradisi Gerebeg Keres, Minggu siang, 3 Desember 2017.
Dalam tradisi ini, ribuan warga mulai anak-anak sampai orang tua berebut hasil bumi dan produk asli desa setempat yang digantung dari ujung dahan paling tinggi sampai pangkal pohon kersen.
Pilihannya mulai dari buah kelapa, nanas, terong, pakaian, sampai sandal, dan sepatu hasil kerajinan warga sekitar. Meski harus berjibaku dan saling dorong, warga tetap antusias demi mengharapkan berkah di hari kelahiran nabi junjungan umat Islam itu.
Baca Juga
Advertisement
Juni (27), salah satu peserta dari Mojoagung, Jombang, mengaku sengaja datang ke acara Gerebeg Keres Maulid Nabi ini. Setelah berdesakan dan memanjat satu dari dua pohon yang tertanam di tengah jalan Dusun Mengelo itu, dia berhasil mendapatkan buah kelapa muda yang sengaja dipesan oleh istrinya yang tengah hamil.
"Dapat kelapa, sandal, nanas. Permintaan istri, lagi ngidam di rumah. Semoga dapat berkah Nabi (Muhammad SAW) buat jabang bayi saya," kata Juni.
Lain lagi dengan Dida Delohoya. Remaja 18 tahun asal Desa Sekarputih, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto, itu datang bersama sejumlah temannya. Dia sengaja membawa karung glangsing untuk menampung hadiah yang mereka dapatkan dari gerebeg keres Maulid Nabi.
Benar saja, satu karung yang dibawanya sampai tidak muat untuk menampung dua buah kelapa, empat buah nanas, sejumlah terong, dua sandal, dan pakaian yang didapatnya.
"Baru kali ini ikut, tahunya dari teman pondok. Buat dibagi sama teman-teman saja," ucap remaja berbadan tambun itu.
Makna di Balik Gerebek Keres
Tradisi gerebeg pohon kersen atau yang biasa disebut pohon keres oleh sebagian orang Jawa ini memiliki makna filosofi tersendiri. Dalam satu pohon keres terdapat akar dan ranting yang banyak.
Hal itu menggambarkan tentang umat Nabi Muhammad yang selalu berpegang teguh pada ajaran-Nya. Selain itu, umur pohon keres sendiri terbilang cepat besar, yang menandakan setiap generasi harus tetap menjaga tradisi itu.
"Tradisi ini sejak zaman orang-orang tua terdahulu. Sekitar tahun 1971-an. Sebelum itu, dulu pakai lidi yang ujungnya dikasih berbagai jenis makanan kemudian ditaruh di dalam masjid. Tapi sejak tahun 1971 diganti dengan pohon keres," tutur Takmir Masjid Darussalam Dusun Mengelo Sonhaji.
Uniknya lagi, pohon yang dipakai dalam tradisi ini adalah pohon yang sama setiap tahun. Menurut Sonhaji, pohon keres memiliki akar yang kuat dan dapat tumbuh dengan cepat.
"Akar yang kuat membawa nilai semoga warga selalu bersatu dalam satu ukhuwah," ujarnya.
Advertisement
Puisi Duhai Kanjeng Nabi dari Gus Ipul
Hadir di antara jemaah pengajian di Pondok Pesantren Darul Muhlisin Dusun Temulus, Desa Kedungharjo, Kecamatan Mantingan, Ngawi, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Dia menyempatkan diri membaca puisi khusus untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Puisi ini saya dedikasikan untuk jemaah yang saat ini merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW," tutur Gus Ipul di hadapan ribuan jemaah Maulid Nabi di Pesantren Darul Muhlisin, Minggu, 3 Desember 2017.
Puisi Gus Ipul kali ini menceritakan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan berikut petikan puisi karya Gus Ipul tersebut :
DUHAI KANJENG NABI
Cintamu pada kami tiada henti tapi shalawat kami masih sekali-sekali.
Kami junjung kau sebagai panutan tapi sunahmu kami perlakukan seperti prasmanan,
Dipilih berdasar kesukaan dan kecocokan.
Tapi kami akan membenahi diri
seperti contoh kanjeng nabi.
Dados Pribadi ingkang amanahAmalnya terus ditambah
Pribadi ingkang adil
Mboten purun jail
Pribadi ingkang jujur
lan manfaat kangge sedulur
Duh, Kanjeng Nabi
Ini puisi rindu kami
Cekap semanten nyuwun ngapunten.
Sementara itu, selain membaca puisi, dalam kesempatan ini Gus Ipul juga sempat mendapatkan hadiah sebuah caping dari KH Budi Harjono dari Semarang.
Pemberian caping ini dilakukan ketika KH Budi memulai pengajian dengan menyanyikan lagu "caping gunung", sebuah lagu yang penuh pesan sosial.
Saat menyanyikan lagu caping gunung ini, KH Budi kemudian minta Gus Ipul naik ke atas panggung untuk diberi caping khusus dari KH Budi yang lantas diiringi lagu caping gunung.
Simak video pilihan berikut ini: