Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengajukan Kepala Staf TNI AU Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai calon tunggal Panglima TNI menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo.
Gatot yang baru akan segera menghadapi masa pensiun tahun 2018 mendatang, otomatis akan berhenti dari jabatannya bila proses pengangkatan Hadi Tjahjanto rampung.
Advertisement
Jokowi berharap penggantian Panglima TNI ini akan membuat TNI semakin baik.
"Saya meyakini beliau memiliki kemampuan yang kuat yang bisa membawa TNI ke arah yang lebih profesional sesuai jati dirinya, yaitu tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional, dan tentara profesional," kata Jokowi usai meresmikan Tol Soreang-Pasir Koja, Bandung, Jawa Barat, Senin (4/12/2017).
Hadi Tjahjanto sendiri merupakan calon tunggal pengganti Jenderal Gatot yang diusulkan oleh presiden.
Dia merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1986. Pria kelahiran Malang, 8 November 1963 itu sempat menempati beberapa jabatan strategis di TNI AU. Hadi sempat menjabat sebagai Perwira Menengah Dinas Administrasi dan Personel TNI AU.
Liputan6.com merangkum beberapa fakta menarik mengenai mantan Sekretaris Militer Presiden Jokowi ini, Berikut 4 Fakta tentang Marsekal Hadi Tjahjanto:
Pernah Sekolah Perang di Prancis
Marsekal Hadi Tjahjanto merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AUU) Yogyakarta pada tahun 1986. Operasi Rajawali di Papua pada 1989-1991 adalah operasi pertama yang ditugaskan kepada Hadi pasca lulus dari AAU.
Setelah selesai melaksanakan tugas di Papua, Hadi melanjutkan pendidikannya di Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (Sekkau) Jakarta. Pada tahun 1994 Hadi lulus dari Sekkau sebagai salah satu lulusan terbaik.
Setelah mendapat pangkat mayor, ia melanjutkan pendidikan di sekolah perang Ecole de Guerre, Prancis. Manajemen perang yang meliputi perencanaan perang, konsolidasi konflik hingga eksekusi perang telah dipelajari Hadi selama studinya di Perancis tersebut.
Begitu lulus dari Ecole de Guerre, Hadi pulang ke Indonesia lalu menjabat sebagai Komandan Satuan Udara Pertanian di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Hadi juga kembali ke Sekkau untuk menjadi pengajar.
Advertisement
Jumlah Harta Hanya Rp 5 Miliar
Menurut catatan Laporan Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara yang ditelusuri melalui acch.kpk.go.id harta kekayaan Hadi Tjahjanto mencapai Rp 5 milyar.
Harta tersebut meliputi harta bergerak dan tidak bergerak yang dilaporkan pada 24 Juni 2016 ketika masih menjabat Sekretaris Militer Presiden.
Harta tidak bergerak Hadi berupa dua bidang tanah seluas 303m2 dan 773m2 di Malang, Jawa Timur senilai Rp 594.108.500. Sedangkan harta bergerak Hadi berwujud kendaraan bernilai Rp 515,7 juta. Beberapa kendaraan tersebut diantaranya Toyota Kijang, Toyota Kijang Inova, Honda CR-V dan sebuah sepeda motor merk Honda.
Hadi juga memiliki logam mulia bernilai Rp 391.875.000. Selain itu, tercatat pula surat berharga berupa giro dan setara kas lainnya senilai Rp 3.5 milyar ditambah USD 60 ribu.
Dengan demikian, total harta kekeayaan Hadi menurut LHKPN senilai Rp 5.001.683.500 dan USD 60 ribu
Eks Danlanud Adi Sumarmo Solo Era Jokowi
Sebelum menjabat Sekretaris Militer Presiden (Sesmilpres) pada 2015-2016, Hadi pernah menjabat sebagai Komandan Lanud Adi Sumarmo, Solo pada 2010-2011.
Periode jabatan tersebut bertepatan dengan Jokowi ketika masih menjadi Wali Kota Solo.
Kemudian, Hadi juga pernah menduduki jabtan direktur Operasi dan Latihan Basarnas pada 2011-2013. Setelah itu, ia menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI AU pada 2013-2015. Hadi lalu dipercaya sebagai Danlanud Abdulrahman Saleh, Malang pda 2015.
Pria kelahiran Malang, 8 November 1963 itu kemudian mendapat pangkat marsekal muda dan langsung menjabat Sesmilpres 2015-2016. Hadi juga pernah menjabat sebagai Perwira Menengah Dinas Administrasi dan Personel TNI AU.
Terakhir, Hadi dipindah tugaskan sebagai Irjen Kemenhan serta kenaikan pangkat menjadi Marsekal Madya pada 2016. Ia lalu dilantik menjadi KSAU menggantikan Marsekal Agus Supriatna.
Advertisement
Berpeluang Jadi Marsekal Ketiga yang Jabat Panglima TNI
Jabatan Panglima TNI selama ini didominasi oleh jenderal dari TNI AD. Bahkan sejak 1945, sudah 17 kali dipegang oleh angkatan darat. Sedangkan, jabatan tertinggi militer ini baru dua kali dipercayakan kepada angkatan laut dan dua kali kepada angkatan udara.
Sebelumnya, Laksamana Udara Suryadi Suryadarma pernah menjabat posisi tersebut pada 1959-1961. Kala itu, jabatan Panglima TNI masih bernama Ketua Gabungan Kepala-Kepala Staf.
Petinggi angkatan udara kedua yang menjabat Panglima TNI adalah Marsekal TNI Djoko Suyanto. Djoko menjabat pada 2006-2007, dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan demikian, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto berpeluang menjadi Panglima TNI dari angkatan udara yang ketiga. (Andri Setiawan)