Liputan6.com, Sidoarjo - Warga Sidoarjo memanfaatkan banjir untuk berburu udang tanpa harus pergi ke sungai. Pasalnya, di dalam banjir setinggi 20-30 sentimeter yang melanda sejumlah permukiman, terdapat udang dan ikan.
Seperti yang terlihat di Desa Ketapang, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. Banyak pemuda terlihat memegang alat jaring untuk mencari udang dan ikan. Mereka meyakini, udang dan ikan itu berasal dari sebuah tambak milik perusahaan setempat yang meluap lantaran terkena banjir.
"Cari udang dan ikan. Ikannya banyak yang lari ke permukiman warga. Mungkin karena banjir itu," kata salah satu warga setempat, Shaikul, Jumat, 1 Desember 2017.
Baca Juga
Advertisement
Banjir yang menggenangi kawasan Porong tersebut, sejak beberapa hari ini sudah merebak ke sejumlah permukiman warga di kawasan Kecamatan Tanggulangin dan Candi Sidoarjo.
"Sejak kemarin sudah banyak yang cari ikan. Bahkan, kemarin saya sempat mendapat ikan dan udang satu tas plastik," kata dia.
Selain udang, dia juga mendapat berbagai macam ikan, seperti lele dan ikan gabus. Bahkan, untuk ukuran udang, dia juga mendapat udang berukuran besar.
"Di belakang ini kan ada tambak. Bisa jadi dari tambak sana yang meluap. Buat hiburan saja," ujarnya.
Senada juga disampaikan Arif yang juga warga setempat. Menurutnya, dia tak begitu suka memancing. Hanya saja saat banjir menggenangi rumah warga, banyak ikan yang mulai berhamburan mengikuti arus banjir.
"Dari pada nganggur. Mending cari ikan. Lumayan buat dimasak nanti," kata Arif.
Hingga saat ini, kondisi banjir masih belum juga surut, tetapi di beberapa tempat banjir terpantau masih ada genangan air sekitar 50 sentimeter.
Kiamat Kecil untuk Nelayan Cilacap bernama Angin Barat
Sementara di Cilacap, akhir November ini barangkali adalah saat-saat terakhir bagi nelayan udang di Cilacap, panen raya. Angin barat sudah mulai tiba. Dan angin barat bagi nelayan Cilacap adalah kabar buruk. Saat itu, gelombang semakin tinggi, cuaca pun tak menentu.
Pengurus TPI PPSC, Sukarno mengatakan, udang mulai muncul ke permukaan pada awal September lalu. Lantas, pada pertengahan September hingga Oktober awal lalu, nelayan Cilacap menuai panen raya ikan dan udang.
Beberapa jenis udang komoditas ekspor yang didapat antara lain udang jerbung, tiger, dogol, dan lobster. Saat panen raya udang harga udang jerbung turun hingga di bawah Rp 100 ribu per kilogram, terutama yang berukuran sebesar jempol tangan atau berbobot di bawah 50 gram. Sebab, hasil tangkapan nelayan memang melimpah.
"Bulan September kemarin, itu mulai keluar. Besar-besar sekali. Sekarang sudah berkurang. Kalau ini jerbung, kalau itu jenis tiger. Kalau yang ini dogol. Kalau ini, sampai Rp 200 ribu per kilogram. Kalau yang sebesar ini yang difoto-foto, bisa mencapai Rp 300 ribu per kilogram," ujar Sukarno, sambil menunjukkan lobster hidup yang tengah diperiksa seorang calon pembeli.
Dalam kondisi normal, nelayan bisa menangkap antara 15-30 kilogram udang jerbung dan tiger. Namun, saat ini, hasil tangkapan nelayan hanya berkisar antara dua hingga lima kilogram.
Namun begitu, hasil ini masih bisa menutup biaya operasional yang mencapai Rp 300 ribu-Rp 500 ribu per sekali melaut. Sebab nelayan juga menangkap berbagai jenis ikan lain.
"Di ekspor juga, ke luar negeri. Kalau lobster harus hidup-hidup, kalau mati tidak laku," dia menambahkan.
Namun, ia memperkirakan harga berbagai jenis udang akan naik seiring datangnya musim hujan dan angin barat. Dia memprediksi, lobster di atas 300 gram nantinya bisa mencapai harga Rp 400 ribu per kilogram.
"Syaratnya, lobster dalam keadaan hidup. Jika mati, harga lobster turun setara udang jerbung," dia menjelaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement