Liputan6.com, Oświęcim - Sebuah catatan mengerikan dari kamp konsentrasi Auschwitz di era Nazi kini telah berhasil ditafsirkan. Dokumen itu ditulis oleh seorang tahanan bernama Marcel Nadjari, seorang Yahudi-Yunani, sekitar 75 tahun lalu.
Nadjari adalah salah satu dari 2.200 anggota Sonderkommando, kelompok tahanan Yahudi yang dipaksa membantu Nazi dalam program pemusnahan massal mereka. Ia ditugaskan untuk membawa para tahanan lain ke dalam kamar gas.
Advertisement
Dia beserta rekan-rekannya juga memiliki tugas mengerikan lain, seperti membakar mayat, mengumpulkan gigi emas dan rambut wanita, serta melemparkan abu kremasi ke sungai terdekat. Demikian seperti dikutip dari News.au.com pada Selasa (05/12/2017).
Sejarawan mengatakan, Nadjari yang ketika itu berusia 26 tahun menuliskan kisah hidupnya di kamp kematian yang terkenal tersebut pada 1944. Tulisannya yang setebal 13 halaman itu kemudian dia masukan ke dalam termos yang dibungkus dengan kantong kulit, lalu menguburnya.
Menurut BBC, catatan itu baru ditemukan pada 1980, oleh seorang mahasiswa kehutanan asal Polandia saat penggalian lokasi di dekat sisa-sisa krematorium Auschwitz.
Baru sekarang ini catatan tersebut akhirnya dapat diterjemahkan berkat pengolahan citra digital. Tulisannya sendiri berisi keluh kesah Nadjari yang berusia 26 tahun tentang hidupnya di dalam kamp konsentrasi.
"Saya sering berpikir untuk ikut (mengakhiri hidup) bersama yang lain demi mengakhiri penderitaan ini. Tapi rasa dendam mencegah saya melakukan itu. Saya ingin meneruskan hidup, untuk membalas kematian ayah, ibu dan adik perempuan saya yang tersayang," tulisnya.
Dia juga menceritakan mengenai krematorium yang dipakai untuk mengeksekusi para tahanan.
"Krematorium adalah sebuah bangunan besar dengan cerobong asap yang lebar dan 15 oven. Di bawah taman terdapat dua gudang bawah tanah yang sangat besar. Satu ruang digunakan sebagai tempat untuk menanggalkan pakaian. Para korban yang telah telanjang lalu dibawa ke ruang lainnya, yakni kamar kematian. Pada satu waktu, sekitar 3 ribu orang digiring ke dalam, untuk dikunci dan diberi gas. Mereka akan tewas setelah melalui enam sampai tujuh menit penderitaan," tuturnya.
Tulisan itu juga memberi rincian detail kekejian Nazi, yang membunuh para tahanan dengan menyemprotkan gas dari atas ruangan.
"Tabung gas selalu dikirimkan lewat kendaraan milik Palang Merah Jerman oleh dua orang anggota Schutzstaffel (SS). Mereka lalu menjatuhkan tabung gas itu, dan setengah jam kemudian pekerjaan kami dimulai."
"Kami menyeret jasad wanita dan anak-anak yang tidak bersalah menuju lift yang akan membawanya ke oven untuk dibakar," tulisnya menceritakan pengalaman sebagai 'kaki tangan' Nazi.
Curahan Hati Nadjari
Sejarawan Rusia bernama Pavel Polian menceritakan, catatan yang ketika pertama kali ditemukan sudah berusia 36 tahun itu hanya 10 persen terbaca.
Tintanya telah pudar, dan teks hampir tidak memungkinkan untuk dibaca.
Setelah dapat terbaca, curahan hati Nadjari baru dapat diketahui. Dalam catatannya itu, ia diketahui menyimpan banyak dendam di dalam diri.
"Keinginan Nadjari untuk membalas dendam begitu menonjol, berbeda dengan tulisan-tulisan yang lain. Dia sangat memperhatikan keluarganya. Sebagai contoh, dia merinci siapa yang harus bertanggung jawab atas kematian adik perempuannya," ujar Polian.
Kehidupan Nadjari
Menurut Institut Sejarah Kontemporer di Munich, Nadjari adalah salah satu dari sedikit tahanan yang dapat bertahan hidup di Auschwitz.
Dia kemudian dideportasi ke kamp konsentrasi Mauthausen di Austria saat Third Reich atau Reich Ketiga runtuh.
Dia lalu menikah dan pindah ke New York pada 1951 bersama anak laki-lakinya yang berusia satu tahun. Pada 1957, istrinya Rosa melahirkan seorang putri yang diberi nama Nelli.
Demi melanjutkan hidup di New York, dia mencari nafkah sebagai penjahit.
Nadjari meninggal pada 1971, di usianya yang ke-53, sembilan tahun sebelum tulisannya dari kamp Auschwitz ditemukan.
Advertisement