Stok Obat Difteri Terbatas, Dokter Harus Teliti Diagnosis Pasien

Obat pasien positif difteri, yakni antiserum difteri tersedia tapi terbatas. Kemenkes RI pun sudah minta bantuan WHO terkait hal ini.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 05 Des 2017, 16:30 WIB
Difteri

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan RI mengatakan memiliki stok antidifteri serum (ADS) yang digunakan untuk mengobati pasien yang positif terkena difteri. Namun, jumlah ADS terbatas sehingga Kemenkes RI meminta dokter teliti dalam menegakkan diagnosis.

"Stok dunia menipis, maka kami imbau ke dokter spesialis atau pelayanan kesehatan harus teliti dalam menegakkan diagnostik. Jangan kira-kira baru difteri, lalu diberi ADS," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Subuh, di Jakarta Pusat, ditulis Selasa (5/12/2017).

Kemenkes RI pun sudah menyosialisasikan keterbatasan jumlah ADS ini ke Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). IDAI pun sudah merespons bakal selektif dalam memberikan ADS.

Subuh mengatakan, saat ini tersedia 500 vial ADS. Kemenkes RI sudah meminta bantuan WHO untuk menambah pasokan ADS.

"Sudah disetujui, tinggal menunggu dikirim dari India. Mudah-mudahan minggu ini sudah ada. Kalau ADS itu sudah ada, kita aman," kata Subuh saat ditanyai perihal kasus difteri di sela-sela acara Akselerasi Menuju Indonesia Bebas TB.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 


Produksi Antidifteri Serum Sedikit

Subuh menjelaskan alasan di balik terbatasnya persediaan ADS. Saat ini, tak banyak produsen yang membuat ADS.

"Produksi dunia sangat terbatas sekali. Di dunia, kasus ini sudah semakin sedikit. Ada satu produsen yang masih produksi," katanya.

Lebih lanjut, Subuh menerangkan tentang pengobatan pasien yang terkena difteri. Bila positif, dokter atau petugas kesehatan bakal memberikan ADS serta antiobiotik jenis eritromisin.

Selain itu, orang-orang di sekitar pasien juga bakal mendapatkan obat profilaksis. Konsumsi obat tersebut diperlukan, mengingat difteri merupakan penyakit menular yang disebabkan kuman Corynebacterium diptheriae.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya