Liputan6.com, Jakarta Jiwa berdagang bocah penjual donat, Fadli, sudah terlihat dari dia berumur enam tahun. Sebelum menjajakan donat kentang buatan ibunya, siswa kelas 2 sekolah dasar ini nyaris ikut berjualan balon, usaha milik orang lain.
Advertisement
Namun, Fadli yang pada umur segitu sudah merasakan pahit getir kehidupan dengan mencari rongsokan, mendapat tentangan dari sang ibu, Sumasih. Perempuan 44 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai tukang cuci dan gosok tak mau Fadli kena tipu atau diberlakukan yang tidak-tidak.
Larangan itu berhasil mengembalikan "kegiatan" yang pernah ditekuni Sumasih, yaitu berjualan donat kentang. Menurut Sumasih, setelah dilarang berjualan balon, Fadli mengatakan,"Ibu kenapa tidak jualan donat lagi? Fadli bisa kok (bantu jualan). Ibu enggak usah kerja lagi, nanti capek."
Mendengar omongan Fadli itu buat Sumasih bingung dan nyaris tak percaya. Bagaimana mungkin bocah berumur enam tahun, yang tidak merasakan bangku sekolah dasar untuk pertama kali, berkata demikian.
Sumasih memang pernah berjualan donat kentang, tapi dulu sekali di saat Fadli berumur dua atau tiga tahun. Sumasih tak menyangka, anaknya punya ingatan sebesar itu.
"Dulu yang jualan kakak perempuannya Fadli. Kemudian, kakak laki-lakinya, tapi itu juga sebentar. Saya bingung jadinya, Fadli kok bisa tahu kalau dulu saya jualan donat kentang," kata Sumasih kepada Health Liputan6.com di kediamannya Jalan SMP 258 Cibubur, Jakarta Timur, Senin, 4 Desember 2017.
Sumasih Memberikan Tes untuk Fadli
Sumasih dan suami, Sudahri, 45 tahun, tidak langsung mengiyakan omongan bocah bertubuh gempal itu. Bukan apa-apa, yang ditaruhkan dari seorang pedagang adalah untung dan rugi. Pedagang dewasa saja bisa kena tindas, apalagi ini yang akan berjualan donat adalah bocah enam tahun.
"Makanya, Fadli saya tes dulu. Saya tanya, kalau harga satu donat adalah dua ribu rupiah dan orang ngasih uang lima ribu rupiah, kembaliannya berapa? Tiga ribu, bu, jawab Fadli. Kalau harga satu donat seribu, orangnya beli empat donat dan ngasih uangnya sepuluh ribu, kembaliannya berapa? Enam ribu, bu," kata Sumasih meniru omongan Fadli.
Mendengar jawaban Fadli, hati Sumasih luluh. Ia memberi izin Fadli berjualan donat kentang buatannya. Sumasih sudah lama melihat kegigihan Fadli, sehingga dia percaya bahwa anak laki-lakinya ini bisa diberi tanggung jawab sebesar itu.
"Fadli ini anak yang gigih. Dulu, sebelum jualan donat kentang, jam 05.00 atau 05.30 pagi sudah keluar rumah. Masih gelap, Fadli sudah pergi cari rongsokan," kata Sumasih.
Advertisement
Fadli Jualan Donat Setelah Pulang Sekolah
Pada hari pertama berjualan, donat yang dibuat Sumasih sebanyak 50 buah. Fadli berjualan setelah pulang sekolah sampai pukul 05.00 sore. Uang yang didapat pas, tanpa kekurangan. Sewaktu ditanya mengalami kendala atau tidak, Fadli menjawab tidak.
"Saya juga bingung, dia punya ide kreatif sendiri. Yang saya takutkan untungnya tidak terjadi," kata Sumasih.
Menurut Sumasih, Fadli tidak menuntut terlalu banyak dari hasil berjualan donat itu. Fadli sadar bahwa uang berdagang itu untuk ditabung demi membeli sepeda.
"Dia tidak minta ponsel kayak anak-anak yang lain. Dia cuma bilang ke saya 'Bu, Fadli pengin punya sepeda'. Saya jawab, nanti ya, nak. Dia bilang lagi 'Iya, bu, uang dari jualan aku kumpulin aja untuk beli sepeda'," kata Sumasih.
Baca juga: Gemas dan Mengharukan, Kisah Fadli si Bocah Penjual Donat