Liputan6.com, Kiev - Mantan Presiden Georgia, Mikheil Saakashvili, membuat kegaduhan di tempat tinggalnya di Kiev, Ukraina. Ia menaiki atap apartemen dan mengancam akan melompat dari atas bangunan lantaran kediamannya digerebek oleh jaksa.
Menurut rekan dekatnya, David Sakravedlidze, sekitar pukul 07.00 waktu setempat, jaksa mendatangi apartemen yang dihuninya dan memaksa masuk ke dalamnya.
Advertisement
Mengetahui kedatangan jaksa yang tiba-tiba, Saakashvili nekat melarikan diri ke atap apartemen sebagai bentuk protes. Ia mengancam akan melompat dari ketinggian.
Saat itu kerumunan pendukungnya berkumpul di lantai bawah. Akan tetapi, usahanya itu berhasil digagalkan oleh petugas keamanan dan Saakashvili berhasil diringkus.
Diberitakan oleh The Independent, Selasa 5 Desember 2017, sebuah rekaman video dari tempat kejadian perkara menunjukkan petugas membawanya pergi karena ratusan demonstran mencoba menghalangi jalan.
Sudah bukan rahasia umum lagi kalau Saakashvili terlibat konflik langsung dengan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko.
Untuk menghadapi para lawannya, seperti Saakashvili, Poroshenko diduga tidak tanggung-tanggung berani memanfaatkan badan pemerintah seperti kantor kejaksaan.
Saakashvili, yang juga merupakan politisi kontroversial, dianggap sebagai 'dalang' di balik gerakan oposisi "March for Impeachment" pada tanggal 3 Desember.
Meski demikian, Saakashvili dan Poroshenko pernah menjadi sekutu. Pada bulan Mei 2015, Poroshenko bahkan menunjuknya sebagai Gubernur Oblast Odessa, sebuah kota di Ukraina. Selama menjabat, Saakashavili banyak menjanjikan adanya reformasi, namun pada akhirnya tak mampu melakukan terobosan nyata.
Tenggak Racun Saat Sidang
Upaya bunuh diri untuk melarikan diri dari jerat hukum juga dilakukan terdakwa penjahat perang Bosnia, Slobodan Praljak. Bedanya, ia berhasil tewas.
Praljak bukan penjahat! Saya menolak keputusan itu dan saya meminum racun!"
Suara Slobodan Praljak menggelegar di ruang sidang International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY), Den Haag, pada Rabu, 29 November 2017. Mantan militer dan politikus Bosnia Kroasia itu berdiri dan mengangkat tangannya ke arah mulut. Penjahat perang Bosnia itu membawa botol kaca kecil yang belakangan terkuak berisi cairan lalu menenggaknya.
Penjahat perang Bosnia itu menolak keputusan pengadilan yang akan menaikkan tuntutan hukuman 20 tahun penjara atas apa yang ia lakukan di Kota Mostar pada 1993.
Awalnya, hakim ketua ICTY, Carmel Agius, masih meneruskan sidang yang menyeret lima penjahat perang Bosnia lainnya. Namun, terdengar kehebohan. Rupanya ancaman minum racun Slobodan itu bukan pepesan kosong. Tubuhnya roboh.
Hakim Agius segera menghentikan persidangan dan sebuah ambulans dipanggil.
"Baiklah," kata hakim itu. "Kami menangguhkan sidang. Kami menangguhkan sidang. Tolong, gordennya. Jangan lupa botol kaca yang dia gunakan saat dia minum sesuatu."
Sebelum tirai diturunkan, ruang sidang yang menggeret penjahat Perang Bosnia itu terlihat dalam keadaan kacau. Demikian dikutip dari BBC.
Sebuah ambulans kemudian tiba di luar gedung pengadilan, sementara sebuah helikopter terbang di atas tempat kejadian.
Beberapa petugas medis juga bergegas masuk ke gedung sambil membawa peralatan.
Tubuh pria 72 tahun dibawa ke rumah sakit. Di sana ia pun tewas. Pengadilan yang dibentuk PBB untuk menggeret para penjahat perang Bosnia mengumumkan bahwa ruang sidang dianggap tempat kejadian perkara.
Advertisement