Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia menolak tawaran Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk kembali menjadi anggota aktif dalam kumpulan negara pengekspor minyak tersebut.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia tetap memilih membekukan keanggotaannya di OPEC.
"Kita sesuai arahan Pak Presiden tetap freeze dulu, sudah beberapa bulan lalu suratnya," kata Arcandra, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (5/12/20017).
Baca Juga
Advertisement
Arcandra mengungkapkan, pemerintah memiliki beberapa alasan untuk mengambil keputusan tersebut. Namun, dia tidak menyebutkan alasan tersebut.
"Ada beberapa alasannya, tapi yang jelas keputusannya kita freeze," tutur dia.
Arcandra menuturkan, keputusan Pemerintah Indonesia membekukan keanggotaan di OPEC tidak akan berpengaruh pada impor minyak. Lantaran, impor minyak bisa dilakukan dari negara mana saja asal lebih murah.
"Impor minyak itu adalah keputusan yang dilihat dari sisi komersial not necesarry harus dari negara OPEC. Selama harga ekonomis dan terbaik, kita boleh impor dari mana saja," ungkap Arcandra.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
OPEC Kembali Ajak RI Jadi Anggota
Sebelumnya, Organization of Petroleum Exporting Countries(OPEC) mengajak Indonesia kembali bergabung menjadi anggotanya. Tawaran ini tak serta-merta dikabulkan karena ada syarat yang diminta pemerintah Indonesia.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengakui, tawaran OPEC tersebut telah ditanggapi pemerintah dengan melayangkan surat pada 24 Mei.
"Benar, kita ditawarkan kembali ke OPEC. Kita kirimkan surat ke OPEC dibahas di internal OPEC," kata Arcandra.
Arcandra menuturkan, pemerintah Indonesia tidak langsung menerima tawaran tersebut, karena ada syarat yang harus dipenuhi OPEC, yaitu Indonesia mendapat keistimewaan dari setiap kesepakatan yang diambil anggota OPEC. "Kita berharap bisa mendapat pengecualian," tegas Arcandra.
Dia mengungkapkan, keinginannya tersebut bertujuan agar keanggotaan Indonesia di OPEC nantinya sejalan dengan strategi nasional. Itu karena keputusan Indonesia keluar dari OPEC dilatarbelakangi kesepakatan anggota mengurangi produksi minyak untuk memperbaiki harga minyak yang sedang anjlok.
Hal tersebut tidak sejalan dengan strategi nasional. Indonesia justru sedang berusaha menggenjot produksi minyak untuk memperkuat ketahanan energi.
"Ini harus sesuai dengan strategi nasional kita. Awalnya ada strategi yang tidak sejalan, kita ingin meningkatkan produksi, tapi kesepakatannya di-cut off," dia menandaskan.
Seperti diketahui, Indonesia memutuskan untuk membekukan sementara keanggotaannya di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Keputusan diambil dalam Sidang ke-171 OPEC di Wina, Austria, Rabu, 30 November 2016. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menuturkan, langkah pembekuan diambil menyusul keputusan sidang untuk memotong produksi minyak mentah sebesar 1,2 juta barel per hari (bph), di luar kondensat.
Sidang juga meminta Indonesia untuk memotong sekitar lima persen dari produksinya, atau sekitar 37.000 bph. Padahal, pemotongan yang bisa diterima Indonesia adalah sebesar 5.000 bph.
Jonan menambahkan, sebagai negara net importir minyak, pemotongan kapasitas produksi ini tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena harga minyak secara teoretis akan naik.
Advertisement