Bahan Baku Langka, Industri Mebel Terpaksa Tolak Ekspor

Industri mebel berbasis rotan mengalami penurunan karena bahan baku tidak ada.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Des 2017, 09:46 WIB
Pemilihan furtinur merupakan faktor penting untuk penataan rumah yang lebih nyaman dan sedap dipandang.

Liputan6.com, Jakarta - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) kembali mengeluhkan langkanya rotan sebagai bahan baku industri tersebut. Kelangkaan ini disinyalir lantaran semakin maraknya ekspor bahan baku rotan ilegal ke negara lain seperti Singapura.

Ketua HIMKI Soenoto mengatakan, saat ini kinerja ekspor barang jadi mebel Indonesia tengah mengalami penurunan. Pada 2016 lalu, ekspor mebel berbahan baku rotan tercatat hanya mencapai US$ 1,6 miliar, atau turun dibandingkan 2015 yang sebesar US$ 1,9 miliar dan 2014 yang sebesar US$ 1,8 miliar.

‎"Industri mebel berbasis rotan mengalami penurunan karena bahan baku tidak ada," ujar dia di Jakarta, Rabu (6/12/2017).

Bahkan menurut dia, lantaran kekurangan bahan baku, sejumlah industri dan pengrajin lokal terpaksa menolak pesanan mebel dari luar negeri. Hal ini salah satunya banyak terjadi pada industri dan pengrajin mebel di Cirebon, Jawa Barat.

"Mereka menolak orderan sekitar 40 persen. Itu seperti di Cirebon, mereka biasanya ekspor ke Amerika dan Eropa. Malah ada yang sudah berhenti produksi," kata dia.

Oleh sebab itu, lanjut Soenoto, pihaknya meminta pemerintah khususnya kementerian terkait untuk segera mencari solusi dari lesunya industri mebel dalam negeri ini. Selain itu, pemerintah juga diminta untuk mempertegas larangan ekspor rotan mentah agar bahan baku tersebut bisa digunakan di dalam negeri dan menjadi nilai tambah.

"Sekarang industri tidak yakin mendapat akses bahan baku makanya diputuskan untuk menunda bahkan menolak ekspor mebel," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dukungan presiden

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan dukungannya agar pasar mebel produksi dalam negeri dapat diperluas dengan memperkuat nilai tambah dan memetakan ulang wilayah untuk dimasuki mebel Indonesia.

"Kita sepakat bahwa industri furniture dan craft ini adalah semangatnya added value, tidak semangat instan, tapi betul-betul bahan baku ini diolah untuk menjadi added value," kata Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto.

Soenoto mengatakan Presiden Jokowi memberi masukan kepada himpunan untuk memetakan pasar-pasar yang potensi untuk dimasuki oleh produk mebel Indonesia.

Soenoto menuturkan, saat ini industri mebel dan kerajinan menjadi salah satu penopang ekonomi bagi masyarakat, khususnya UMKM.

Himpunan meminta kepada Kementerian Dalam Negeri juga dapat membantu pengembangan usaha dengan memangkas regulasi pungutan di daerah yang dinilai terlalu berat bagi dunia UMK.

"Setiap 1 miliar dolar itu menyerap sekitar 500 ribu tenaga kerja. Artinya ada dua juta nyawa yang bisa kita hidupi hari demi hari," ujar Soenoto.

Soenoto juga membandingkan Indonesia memiliki lawan di kawasan Asia Tenggara di industri mebel yaitu Vietnam yang mencatatkan nilai ekspor mebel di atas US$ 6 miliar.

Soenoto mengatakan, kerja sama dan koordinasi dengan pemerintah, HIMKI berharap dapat meningkatkan ekspor produk dan bersaing dengan nilai tambah yang beragam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya