Liputan6.com, Serang - Badan SAR Nasional (Basarnas) Banten mendapat perintah untuk terus memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau. Hal ini guna mengantisipasi peningkatan aktivitas di gunung yang pernah meletus pada 1883 dan memberi dampak pada perubahan iklim hampir di seluruh dunia itu.
"Saya diingatkan teman-teman Basarnas pusat untuk memantau terus status Gunung Anak Krakatau, mengingat adanya beberapa gunung api yang sudah mulai beraktivitas dan bahkan meletus seperti Gunung Agung," kata Zaenal Arifin, Kepala Basarnas Banten, saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa 5 Desember 2017.
Advertisement
Pada 29 September 2017, PVMBG merilis 18 gunung berapi di Indonesia yang naik status menjadi Waspada pascameletusnya Gunung Agung di Karangasem, Bali, dan naik statusnya Gunung Sinabung, Sumatera Utara.
Gunung yang naik status tersebut, yakni Gunung Anak Krakatau (Selat Sunda), Banda Api (Maluku), Gunung Bromo (Jatim), Gunung Dempo (Sumsel), Gunung Dieng (Jateng), Gunung Dukono (Malut), dan Gunung Gamalama (Malut).
Kemudian, Gunung Gamkoro (Malut), Gunung Ibu (Malut), Gunung Karangateng (Sulut), Gunung Kerinci (Sumbar), Gunung Lokon (Sulut), Gunung Rinjani (NTB), Gunung Rokatenda (NTT), Gunung Sangeangapi (NTB), Gunung Semeru (Jatim), dan Gunung Soputan (Sulut).
Indonesia sendiri berada dalam jalur Ring of Fire dan pertemuan tiga lempeng bumi, yakni Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik yang terus bergerak memicu magma terdorong dan terseduksi di kedalaman 100 km menuju permukaan.
Sebabkan Perubahan Iklim
Dalam sejarahnya, letusan Gunung Krakatau pada 26-27 Agustus 1883 masih menjadi yang terdahsyat. Ketika itu, letusannya menyebabkan tsunami dan kepulan asap panas hingga menewaskan 36 ribu jiwa.
Saking dahsyatnya, letusan Gunung Krakatau terdengar sampai ke Australia dan Afrika yang berjarak sekitar 4.653 km. Daya ledaknya mencapai 30 ribu kali bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Efek dari kepulan debu vulkaniknya menyebabkan perubahan iklim global dan dunia sempat gelap seperti malam hari selama dua hari.
Letusan yang berlangsung selama 10 hari dengan muntahan material mencapai 10 juta ton per detik itu membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150 meter dan menurunkan temperatur bumi sebesar 10 derajat selama 20 tahun.
Akibat ledakan itu, tiga perempat tubuh Gunung Krakatau hancur dan menyisakan kaldera di Selat Sunda yang kini dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung. Dari kawah di dasar laut, telah tumbuh pula Gunung Anak Krakatau dan tingginya mencapai 813 meter dari permukaan laut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement