Menikmati Akhir Pekan dengan Keroncong Zaman Now di Kotagede

Keroncong gaya baru tanpa meninggalkan esensinya dimainkan oleh anak muda.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Des 2017, 06:31 WIB
Pasar Keroncong Kotagede 2017 didominasi oleh penampilan seniman muda

Liputan6.com, Yogyakarta - Pasar Keroncong Kotagede 2017 mengusung konsep yang berbeda dengan tahun sebelumnya, yakni keroncong zaman now. Konsep ini dianggap bisa mewakili keinginan dan interpretasi anak muda terhadap musik keroncong.

Ajang musik tahunan yang digelar untuk ketiga kalinya ini kembali digelar pada Sabtu, 9 Desember 2017. Seniman yang tampil pun didominasi oleh anak muda. Ada sekitar 12 orkes keroncong (OK) yang ikut ambil bagian dan sejumlah bintang tamu, seperti Sruti Respati, OK Dara, OK Berangkat, OK Kharisma, Kelompok Swara Ratan, Hannah Standiford, dan sebagainya.

"Keroncong zaman now ini neo keroncong dengan interpretasi baru dan bukan merusak keroncong," ucap Djaduk Ferianto, tim kreatif Pasar Keroncong Kotagede di Yogyakarta, Rabu, 6 Desember 2017.

Ia menilai, selama ini, anak muda selalu dihakimi sedang merusak keroncong. Padahal, sebagai salah satu karya seni, keroncong sudah seharusnya berkembang tanpa mengubah esensinya.

Foto dok. Liputan6.com

Pasar Keroncong Kotagede 2017 mengangkat tema Gotong Keroncong yang aktual jika dilekatkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Gotong Keroncong merupakan plesetan dari gotong royong yang berarti pergelaran ini dibuat secara bersama-sama.

Selain itu, kegiatan ini menjadi medium untuk kembali mengukuhkan nilai gotong royong yang perlahan mulai dilupakan masyarakat karena tergerus zaman.

Pertunjukan musik keroncong dimulai pada pukul 19.00 WIB ini menggunakan tiga panggung di seputar Pasar Kotagede, yaitu Panggung Loring yang terletak di utara Pasar Kotagede, Panggung Sopingen yang berada di depan Pendopo Sopingen, dan Panggung Kajengan yang berlokasi di utara Masjid Perak.

 

 


Keroncong Jadi Perdebatan

Pasar Keroncong Kotagede 2017 didominasi oleh penampilan seniman muda

Seniman dari OK Kharisma, Agus Siho, menuturkan acara ini menjadi tantangan baru di kalangan seniman keroncong untuk membawakan lagu keroncong dengan cara yang berbeda.

Menurut Agus, keroncong harus berkembang dan tidak melulu berkisar pada stambul, langgam, dan keroncong asli.

"OK berkembang di Kotagede, tetapi perhelatan semacam ini tidak pernah ada, dulu hanya sebatas pentas biasa, tidak dalam bentuk acara seperti Pasar Keroncong Kotagede," ucapnya.

Foto dok. Liputan6.com

Asal musik keroncong masih menjadi perdebatan di sebagian kalangan. Banyak yang beranggapan ini bukan musik asli Indonesia. Meskipun demikian, muncul pandangan keroncong berasal dari Indonesia sekalipun alat musiknya bermula dari pelaut-pelaut Portugis.

Cak dan cuk asli Indonesia yang sudah berkembang sejak abad ke-17, sementara ukulele yang identik dengan keroncong baru muncul dan terkenal di Hawaii pada abad ke-19. Salah satu seniman Indonesia yang berhasil mengomposisikan keroncong dengan nada yang mengadopsi gending Jawa adalah Kusbini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya