Liputan6.com, Amman - Kedutaan Besar RI untuk Palestina yang berkedudukan di Amman, Yordania menyatakan telah menyampaikan imbauan perjalanan secara informal untuk Yerusalem.
Imbauan informal itu datang saat tensi tinggi yang terjadi di Yerusalem, usai Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk mengakui kawasan tersebut sebagai Ibu Kota Israel.
Usai rencana tersebut, sejumlah kelompok masyarakat dilaporkan menggelar demonstrasi dan aksi protes di berbagai penjuru kota, seperti salah satunya Tepi Barat.
Melihat situasi yang tengah menghangat tersebut, KBRI Amman telah menyampaikan kabar secara informal kepada calon turis WNI agar menghindari kunjungan ke Yerusalem untuk beberapa waktu ke depan.
Baca Juga
Advertisement
"Secara informal, kami sudah menginfokan kepada calon rombongan turis untuk menghindari kunjungan ke Yerusalem mulai pekan depan, di atas tanggal 10 Desember, guna mengantisipasi tanggal 13 Desember nanti," kata Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Amman Nico Adam kepada Liputan6.com melalui pesan singkat, Rabu (6/12/2017).
Sebagai catatan, tanggal 13 Desember 2017 merupakan awal dari Hanukkah, hari raya bagi umat Yahudi. Selama beberapa tahun, Yerusalem kerap dijadikan tempat untuk merayakan hari raya tersebut.
Pihak KBRI Amman juga memprediksi bahwa tanggal 13 Desember itu juga direncanakan sebagai "tanggal pengumuman resmi perpindahan ibu kota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem yang didukung oleh AS."
Nico menjelaskan, "Kami tidak tahu apakah informasi itu sudah pasti atau tidak."
"Namun antisipasi akan terjadi sesuatu pada 13 Desember terkait pengumuman yang juga bertepatan dengan perayaan Hanukkah sudah dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Palestina, lewat situs resmi mereka," tambahnya.
Ketika ditanya mengenai situasi di Yerusalem, Nico mengatakan bahwa pihak KBRI Amman tengah melakukan koordinasi dan pemantauan terkait kondisi di kota yang dalam Bahasa Arab bernama Al Quds Al Sharif.
AS Rilis Travel Warning ke Yerusalem
Di tengah tensi tinggi seputar polemik Yerusalem, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan travel warning bagi warga negaranya yang hendak berkunjung ke kota tersebut. Imbauan travel warning itu dirilis pada Rabu 5 Desember 2017 waktu setempat.
Seperti dikutip The Hill 6 Desember 2017, travel warning itu dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat khusus kepada seluruh anggota pemerintahan AS beserta para keluarganya, menyusul kekhawatiran atas potensi pecahnya demonstrasi besar di kota yang dalam Bahasa Arab bernama Al Quds Al Sharif atau Yerusalem.
"Mengingat seruan demonstrasi yang meluas yang dimulai pada tanggal 6 Desember di Yerusalem dan Tepi Barat, pegawai pemerintah AS dan anggota keluarga tidak diizinkan -- sampai pemberitahuan lebih lanjut -- untuk melakukan perjalanan pribadi di Kota Tua Yerusalem dan Tepi Barat, termasuk Bethlehem dan Jericho," seperti dikutip dari laman resmi Kedutaan AS di Israel yang menerima memo dari Kemlu AS.
"Pegawai pemerintah AS yang hendak pergi ke Kota Tua Yerusalem dan Tepi Barat hanya boleh dilakukan dalam kapasitas urgensi penting dengan pengamanan ekstra," lanjut pernyataan tersebut.
Washington juga mengimbau agar warga AS menghindari 'keramaian dan tempat-tempat di mana terjadi peningkatan presensi personel militer atau polisi', baik itu di Yerusalem maupun di sejumlah titik di kawasan.
Advertisement