Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) III Jawa Bagian Barat meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah (pemda) untuk mengatasi lonjakan konsumsi Elpiji 3 kilogram (kg) di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Unit Manager Communication & Relations Pertamina Jawa Bagian Barat Dian Hapsari Firasati menjelaskan, Pertamina dan pemda melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Desperindag) maupun Dinas Perindustrian dan Energi di masing-masing wilayah, memantau penyaluran Elpiji bersubsidi 3 kg.
Advertisement
"Kami terus berkoordinasi dengan Disperidag untuk memantau sejumlah titik dan mengupayakan ketersediaan pasokan sesuai kebutuhan," kata Dian, di Jakarta, Rabu (9/12/2017).
Pertamina MOR III terus berusaha memenuhi kebutuhan Elpiji 3 kg dengan penambahan pasokan ke agen dan pangkalan resmi yang jumlahnya bervariasi hingga 60 persen dari penyaluran normal.
"Pada sejumlah wilayah konsumsi Elpiji 3 kg meningkat tajam, sehingga stok yang biasanya disalurkan secara normal belum mencukupi," ujar dia.
Agar Elpiji 3 kg subsidi ini lebih tepat sasaran, Pertamina dan pemda terus menggalakkan sosialisasi agar warga masyarakat yang tergolong mampu beralih menggunakan Brightgas 5,5 kg.
Pertamina juga mengapresiasi upaya pemda yang terus melakukan pengawasan dan berinisiatif melarang PNS di daerahnya untuk tidak menggunakan gas tabung 3 kg. Upaya ini sangat berarti untuk mendorong penggunaan Elpiji 3 kg lebih tepat sasaran dan memberikan kesempatan kepada warga tidak mampu memperoleh hak-haknya.
"Elpiji 3 kg Subsidi diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu dan usaha mikro sebagaimana pesan yang tertera di tabung, hanya untuk masyarakat miskin. Sementara bagi mereka yang mampu dapat menggunakan Elpiji nonsubsidi, seperti Brightgas 5,5 kg dan 12 kg," tutur Dian.
Untuk memastikan kebutuhan masyarakat yang menjadi sasaran utama Elpiji 3 kg terpenuhi, lanjut Dian Hapsari, Pertamina MOR III juga melaksanakan operasi pasar pada beberapa tempat sejak Senin, 4 Desember 2017.
Di Kota dan Kabupaten Bogor, operasi pasar telah dilaksanakan sejak Senin, 4 Desember 2017 dan akan berlanjut pada Kamis, 7 Desember 2017 sehingga total tambahan penyaluran mencapai 57 persen dari kondisi normal.
Demikian juga Depok, yang sejak Senin, 4 Desember 2017 sudah menerima operasi pasar, akan dilanjutkan pada Kamis 7 Desember 2017 hingga total penambahan penyaluran mencapai 47 persen dari normal. Sementara di Priangan Timur yang meliputi Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, dan Pangandaran akan digelontorkan penambahan pasokan hingga 60 persen dengan operasi pasar di 98 titik.
Adapun pada Sabtu, 9 Desember 2017, operasi pasar akan menjangkau Sukabumi dengan 35 titik sebanyak 26 persen dari kondisi normal. DKI Jakarta dan sekitarnya juga tak luput, di mana penambahan pasokan mencapai 46 persen dari biasanya. Sementara Bandung, Cimahi, Sumedang, dan sekitarnya juga mendapat penambahan pasokan hingga 50 persen. Tangerang mendapat tambahan penyaluran sebesar 25 persen.
"Dalam dua hari ini, operasi pasar Elpiji 3 kg sudah dilakukan di Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Depok dan berjalan lancar. Kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah terutama Dinas Perindustrian dan ESDM di masing-masing lokasi yang membantu upaya ini dengan baik. Kami berharap dengan operasi pasar ini harga stabil sesuai dengan harga eceran resmi di masing-masing daerah," tutur Dian.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Elpiji 3 Kg Langka karena Kuota Dipangkas
Sebelumnya Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, penyebab kelangkaan Elpiji bersubsidi atau Elpiji 3 kilogram (kg) di sejumlah daerah merupakan dampak dari pemangkasan kuota dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM Harya Adityawarman mengatakan, Kementerian ESDM selalu berkoordinasi dengan PT Pertamina (Persero) ketika mendengar kelangkaan Elpiji 3 kg. Koordinasi tersebut untuk mengetahui penyebab kelangkaan dan penanganannya.
"Jadi kami koordinasi setiap kali laporan kelangkaan. Kami minta Pertamina melakukan koordinasi penyebab kelangkaan apa," kata Harya, di Jakarta, Rabu 6 Desember 2017.
Untuk kali ini, kelangkaan Elpiji 3 kg yang dibungkus dengan tabung berkelir hijau tersebut disebabkan oleh pemangkasan kuota dalam APBNP 2017. Awalnya kuota ditetapkan 7 juta metrik ton (mt), kemudian terjadi pemotongan menjadi 6,1 mt.
"Biasanya kemarin kemungkinan ada volume di APBN turun dari 7 juta jadi 6,1 juta," tuturnya.
Harya melanjutkan, kuota Elpiji bersubsidi dikurangi, tetapi pertumbuhan konsumsi terus mengalami kenaikan sebesar 8 persen per tahun. Kondisi ini membuat masyarakat berkompetisi untuk mendapatkan Elpiji, karena jumlahnya terbatas.
"Selama ini memang volume realisasi itu semakin besar. Kemarin 2016 sekitar 6 jutaan koma sekian, sekarang ada pertumbuhan sangat tipis," jelas Harya.
Sebenarnya dalam perumusan APBNP 2017 Kementerian ESDM mengusulkan pemangkasan dari 7 juta mt menjadi 6,5 juta mt. Hal ini dengan mempertimbangkan pertumbuhan konsumsi.
"Waktu itu APBNP saya ajukan di Kementerian ESDM 6,5 juta, tapi di Banggar diputuskan 6,1 juta," tutup Harya.
Advertisement