Liputan6.com, Jakarta - Jutaan pasang mata menyaksikan detik-detik terenggutnya nyawa tiga pemimpin asal Jazirah Arab. Mereka adalah Saddam Husein, Moammar Khadafi, dan Ali Abdullah Saleh.
Kematian yang seharusnya berlangsung dengan tenang dan ditemani orang-orang terdekat, justru menjadi tontonan publik. Dokumentasi kematian mereka pun tersebar luas di dunia maya.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Al Arabiya, Rabu (6/12/2017), berikut kisah tiga pemimpin asal Jazirah Arab yang detik-detik kematiannya tersiar di publik.
1. Eksekusi Saddam Hussein
Pada 30 Desember 2006, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, mantan Presiden Irak Saddam Hussein, menghadapi maut dengan mata terbuka. Sebelum Matahari terbit, ia dieksekusi gantung.
Saddam Hussein dibawa masuk ke sebuah ruangan eksekusi dengan tembok berlapis beton. Ia dikelilingi sejumlah pria bertopeng hitam.
Kala itu, Saddam memakai kemeja putih berlapis jaket dan mantel hitam, bukan pakaian tahanan. Tangannya yang diborgol membawa Alquran. Ia minta salinan kibat suci tersebut diberikan pada seorang teman. Entah siapa.
Lalu, prosesi dimulai. Seorang hakim membacakan vonis hukuman mati.
Sebuah video yang merekam detik-detik eksekusi Saddam Hussein, memperlihatkan dengan jelas bahwa mantan diktator itu menghadapi ajalnya tanpa ada tanda-tanda ketakutan.
Dalam rekaman itu terlihat tangan Saddam Hussein diikat ke belakang. Ketika seorang hakim bertanya kata-kata terakhir yang ingin disampaikan, ia memilih untuk mengucapkan syahadat.
Tali yang telah disiapkan kemudian dikalungkan ke lehernya. Saddam Hussein pun menemui ajalnya.
Video tersebut direkam menggunakan ponsel, dengan durasi selama dua menit 38 detik. Rekaman tersebut kemudian disiarkan di sejumlah televisi Arab dan media asing.
Saddam digantung setelah divonis bersalah melakukan kejahatan kemanusiaan, terkait pembantaian 148 warga Syiah di Dujail tahun 1982.
2. Kematian Moammar Khadafi
Tanggal 20 Oktober 2011 menjadi hari terakhir bagi diktator Muammar Khadafi menghirup udara segar. Pemimpin Libya yang telah berkuasa selama 42 tahun itu menemui ajalnya.
Ia tewas di tangan pasukan oposisi yang disebut tentara Transisi Nasional Libya (NTC).
Kala itu, pria dengan nama lengkap Muammar Abu Minyar al-Khadafi itu tengah jadi "buron". Dia menghadapi penuntutan oleh Pengadilan Pidana Internasional yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dirinya atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sebuah video yang tersebar luas di media sosial memperlihatkan sejumlah tentara NTC menyeret Khadafi keluar dari pipa tempat persembunyiannya. Kaki dan punggung Khadafi cedera akibat tembakan.
Wajah sebelah kirinya berlumuran darah. Ia pun hanya bisa berbicara lirih. "Ada apa? Apa yang terjadi?"
Khadafi yang dalam kondisi terkepung pasukan NTC langsung dibawa ke dalam mobil ke Kota Misrata. Dalam perjalanan, tentara loyalis Khadafi menyerang. Baku tembak pun terjadi.
Saat itu, penguasa negara Arab non-kerajaan terlama tersebut terkena tembakan pada bagian kepala di tengah-tengah pasukan NTC yang mengamankannya. Menurut laporan, Khadafi mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit.
Advertisement
3. Pembunuhan Ali Abdullah Saleh
Pada 4 Desember 2017 sore, milisi Houthi mengumumkan kematian mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh. Ia tewas dalam pertempuran antara pasukan pendukungnya dengan pemberontak Houthi, yang merupakan eks sekutunya.
Milisi tersebut menayangkan rekaman jasad Saleh di saluran televisi dan media sosialnya untuk mengonfirmasi kematian tersebut.
Tak lama kemudian, pejabat dari Partai General People's Congress mengatakan bahwa Saleh tewas dalam serangan di selatan Sanaa. General People's Congress sendiri merupakan partai yang didirikan dan dipimpin oleh Saleh.
Mereka mengatakan, Saleh ditembak di kepala oleh seorang penembak jitu. Mereka pun menyalahkan Houthi karena telah membunuh Saleh dan mempertontonkan jenazahnya.
Adapun pemimpin pemberontak Houthi menyambut baik kabar tewasnya mantan pemimpin Yaman tersebut, mengklaimnya sebagai "peristiwa besar dan signifikan". Abdul Malik al-Houthi mengatakan bahwa pihaknya telah menggagalkan sebuah "konspirasi" koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Sementara itu, PBB menyatakan bahwa serangan udara di Sanaa telah meningkat dan pertempuran menyebar ke wilayah lainnya seperti Hajjah.
Laporan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menyebutkan bahwa jalan-jalan telah diblokir dan tank-tank menyebar di mana-mana. Sejumlah pertempuran sengit dilaporkan terjadi di kawasan diplomatik dekat kompleks PBB.
Baca Juga