Liputan6.com, Chicago - Harga emas menguat seiring ada kekhawatiran meningkat terhadap geopolik dari Amerika Serikat, Timur Tengah dan Inggris.
Harga emas untuk Februari naik US$ 1,2 atau kurang dari 0,2 persen untuk bertahan di US$ 1.266 per ounce. Penguatan harga emas terjadi usai turun satu persen ke level terendah dalam empat bulan.
"Harga emas bangkit dari posisi terendah pada Oktober sebesar US$ 1.260 berkat melemahnya dolar AS dan risiko geopolitik di Amerika Serikat, Timur Tengah dan Brexit," tulis Analis Accendo Market dalam laporannya, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (7/12/2017).
Baca Juga
Advertisement
Ada kekhawatiran di Amerika Serikat tentang potensi penghentian sementara pemerintah. Ditambah keputusan presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel mengancam memicu kerusuhan di Timur Tengah.
Selain itu, investor juga fokus awasi perkembangan pembicaraan Britain Exit (Brexit) usai pejabat Inggris dan Uni Eropa gagal capai kesepakatan yang akan berlanjut ke negosiasi tahap kedua.
Indeks dolar AS catatkan kenaikan sepanjang Desember usai melemah 1,6 persen pada November. Dari rilis data ekonomi juga menunjukkan kalau lapangan kerja sektor swasta AS melambat pada November. Data tenaga kerja AS bertambah 190 ribu.
Investor menunggu laporan pembayaran nonfarm payroll untuk mengetahui petunjuk lebih lanjut mengenai data lapangan kerja jelang pertemuan the Federal Reserve selama dua hari pada pekan depan.
Sementara itu, sejumlah analis menekan kalau harga emas sudah kembali menguat dari rata-rata pergerakan selaam 200 hari usai mengabaikan level pada perdagangan Selasa.
"Telah ada pemulihan yang diharapkan sehingga harga emas kembali ke atas level 200 harian," ujar Analis AxiTrader James Hughes dalam laporannya.
Sedangkan harga komoditas logam lainnya yaitu harga perak turun 0,7 persen menjadi US$ 15.956 per ounce. Harga tembaga naik 0,5 persen menjadi US$ 2.962 per ounce.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Emas Turun Satu Persen pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya harga emas melemah hingga 1 persen menuju ke level terendah dalam dua bulan pada perdagangan Selasa. Pendorong pelemahan harga emas karena dolar AS dan pasar saham AS menguat usai adanya keputusan bahwa Undang-Undang Perpajakan AS akan dirumuskan kembali.
Dolar AS menguat dalam dua sesi berturut-turut dan saham-saham di sektor teknologi melonjak cukup tinggi. Keduanya naik karena adanya rasa optimisme dari pelaku pasar seputar rencana reformasi perpajakan AS.
Dewan Perwakilan Rakyat AS pada Senin menyiapkan perundingan formal untuk membahas rencana pemangkasan pajak sebesar 20 persen, baik untuk korporasi maupun pribadi.
Mengutip Reuters, Rabu 6 Desember 2017, harga emas di pasar spot turun 1 persen pada US$ 1.263,02 per ounce pada pukul 1 siang waktu New York, setelah sebelumnya sempat terperosot dalam di US$ 1.260,71 per ounce.
Adapun harga emas di pasar berjangka untuk pengiriman Februari ditutup turun US$ 12,80 atau 1 persen juga menjadi US$ 1.264,90 per ounce.
"Keputusan soal reformasi perpajakan tersebut membuat likuiditas membanjir sehingga menekan harga emas. Kesempatan penguatan emas jika ada risiko geopilitik dan ketidakpastian di dunia," jelas Josh Graves, analis senior RJO Futures di Chicago.
"Permintaan fisik juga turun ke posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir. Tidak ada dorongan pembelian di Tiongkok dan India," kata Carsten Menke, analis Julius Baer.
Ia melanjutkan, tanpa adanya peningkatan permintaan fisik, harga emas lebih sensitif terhadap perubahan nilai tukar dolar AS.
Saat ini, pelaku pasar sedang menunggu angka tenaga kerja yang akan menjadi pedoman bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan atau tetap mempertahankan suku bunga acuan.
Advertisement